Jember Peringkat Teratas Untuk Prevalensi Stunting, DPRD Ajak Segera Selamatkan Generasi Bangsa

Menurutnya, lembaga survey ini mengambil 836 balita sebagai sampel, yang kebetulan memiliki permasalahan gizi.

Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Deddy Humana
surya/imam nahwawi (imamNahwawi)
STUNTING TERTINGGI - Kegiatan imunisasi balita di Desa/Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Senin (28/8/2025). Angka stunting di Kabupaten Jember masih tertinggi di Jatim. 

SURYA.CO.ID, JEMBER - Menempati peringkat teratas dalam prevalensi stunting tentu bukan sesuatu yang membanggakan Pemkab Jember. Karena dari hasil Survey Satuan Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi stunting di Kabupaten Jember tertinggi di Jawa Timur.

Hasil survey lembaga milik Kementerian Kesehatan tersebut, angka prevalensi stunting Jember mencapai 30,4 persen.

Analis Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember, Farida Hary Anggraini mengatakan, angka tersebut merupakan peringkat pertama kasus stunting terbanyak dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur.

"Anak dengan stunting parah mencapai 3,9 persen. Stunting yang belum ke tingkat sangat parah 26,5 persen,” kata Farida, Kamis (25/9/2025).

Menurutnya, lembaga survey ini mengambil 836 balita sebagai sampel, yang kebetulan memiliki permasalahan gizi.

"Berdasarkan hasil penimbangan balita oleh Dinkes Jember pada Mei 2024, angkanya tidak sampai 10 persen, dengan lokus terbanyak di Kecamatan Rambipuji, Pakusari, Kaliwates, dan Jelbuk," ucap Farida.

Wakil Ketua DPRD Jember, Widarto mengaku prihatin dengan hasil survey itu. Karena kasus stunting di Bumi Pandalungan masih sangat tinggi.

"Prihatin dengan tingginya angka stunting di Jember. stunting yang bisa mengancam masa depan generasi, harus segera diselamatkan," kata Widarto.

Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan ini mengaku akan menerjunkan semua kader partai, di daerah kantung-kantung stunting guna membantu pemerintah.

"Kami akan terjunkan teman-teman mulai dari proses pendataan, berapa remaja-remaja putri yang berpotensi menjadi sumber stunting karena faktor ekonomi atau pendidikan," ucap Widarto.

Widarto menjelaskan, sebanyak 60 kader perempuan PDIP telah dilatih, bahkan siap terjun dan bekerja sama dengan Puskesmas maupun kader posyandu setempat.

"Prinsipnya yang lebih diutamakan adalah di hulunya. Kami menutup sumber-sumber penyebab stunting. Kalau stuntingnya semakin kecil, pendidikan aksesnya bagus, IPM kita akan naik juga," paparnya. *****

 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved