"Dia ke luar batalion tengah malam. Mama asuhnya kaget. Lucky bilang: Aduh ma, ini saya mati sudah. Saya punya luka semua di badan," ungkap Lusi.
Melihat tubuh Lucky penuh luka, sang mama asuh akhirnya mengompres dan mengobati lukanya.
Mama suh juga menghubungi mama Lucky di Kupang, untuk menceritakan kondisi anaknya.
Tak lama setelah itu, pihak batalion menghubungi mama Lucky untuk menanyakan keberadaannya.
Mama Lucky pun mengaku bahwa sang anak berada di rumah mama asuhnya.
"Saat itu dia langsung dijemput sekitar 15 orang," kata Lusi.
Setelah kejadian itu, pihak keluarga tidak pernah mendapat kabar lagi dari pihak bartalion mengenai kondisi Lucky, hingga akhirnya dia sudah bearda di ruang ICU rumah sakit.
Kami tidak tahu sama sekali. Mama tiap hari WA. Tapi mereka bilang lucky baik-baik. Mereka tutup komunikasi rapat sekali," ungkap Lusi.
Seperti diketahui, Prada Lucky baru dua bulan bertugas di Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere Nagekeo, NTT.
Lucky tewas diduga akibat dianiaya seniornya. Sebelum meninggal, Lucky telah menjalani perawatan intensif di Unit Perawatan Intensif (ICU) RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 21/Komodo, Letkol Inf Agus Ariyanto, membenarkan bahwa salah satu prajurit di Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 meninggal.
4 Prajurit Tersangka
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menyampaikan sudah ada empat orang sebagai tersangka di kasus kematian Prada Lucky.
"Saat ini dari sejumlah personel yang diperiksa, baik terduga pelaku maupun saksi-saksi, sementara oleh penyidik Pomdam IX/Udayana sudah ditetapkan empat orang tersangka," kata Wahyu dalam keterangannya, Minggu (10/8/2025), seperti dilaporkan Jurnalis Kompas TV, Rahma.
Ia menyampaikan, saat ini keempat tersangka tersebut telah ditahan di Subdenpom IX/1-1 di Ende.