SURYA.CO.ID, KEDIRI - Ratusan warga di Desa Toyoresmi Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim), tumplek blek memadati jalan desa setempat, Jumat (18/7/2025).
Sejak pukul 06.00 WIB, mereka berkumpul mengikuti tradisi tahunan Tumpeng Tahu Kuning yang digelar dalam rangka memperingati Bulan Suro.
Dalam tradisi tersebut, warga mengarak gunungan Tumpeng Tahu Kuning raksasa yang menjadi produk unggulan Desa Toyoresmi.
Gunungan ini memiliki tinggi dan diameter masing-masing sekitar dua meter, berisi sekitar 5.000 potong tahu kuning yang nantinya dibagikan secara gratis kepada warga.
Kepala Desa Toyoresmi, Gatot Siswanto, mengatakan bahwa tradisi ini rutin digelar setiap tahun, sebagai bentuk rasa syukur masyarakat desa atas berkah dan hasil bumi yang melimpah.
Ritual kirab dimulai dari kediaman Sekretaris Desa dan berakhir di kompleks makam Syekh Zainal Abidin atau Mbah Qobul, yakni tokoh spiritual yang diyakini sebagai pendiri desa.
"Alhamdulillah setiap tahun antusiasme masyarakat semakin tinggi. Hari ini semua elemen masyarakat terlibat mulai dari perangkat desa, tokoh masyarakat, pemuda hingga para pelajar," ungkap Gatot.
Tak hanya kirab, suasana perayaan juga dimeriahkan dengan penampilan kesenian lokal serta bazar UMKM warga setempat.
Sejumlah pelajar dan guru juga tampak mengenakan pakaian adat, sebagai bentuk pelestarian budaya dan edukasi bagi generasi muda.
"Kami ingin anak-anak mengenal kekayaan budaya lokal sejak dini. Ini sejalan dengan komitmen Mas Bupati Dhito yang terus mendorong pelestarian kearifan lokal di seluruh desa di Kabupaten Kediri," imbuhnya.
Tradisi gunungan Tumpeng Tahu Kuning ini, memiliki makna simbolik. Tahu kuning merupakan produk unggulan Toyoresmi yang sudah dikenal luas sebagai sentra industri tahu rumahan. Kirab ini sekaligus menjadi media promosi potensi desa kepada masyarakat luas.
Sementara itu, Kepala Bidang Museum dan Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Eko Priyatno yang turut hadir, menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan tradisi ini.
Menurutnya, ritual tersebut mencerminkan nilai gotong royong dan solidaritas antarwarga.
"Ini bukan hanya tentang budaya, tapi juga tentang ketahanan sosial. Tumpeng tahu ini disiapkan dari oleh dan untuk masyarakat Toyoresmi. Semua bergotong royong dalam semangat syukur dan kebersamaan," jelas Eko.
Eko juga menekankan, bahwa kegiatan semacam ini perlu terus didukung, karena memperkuat identitas lokal sekaligus menarik potensi wisata budaya yang bisa dikembangkan lebih luas.
Menjelang prosesi puncak, warga tampak berebut untuk mendapatkan potongan tahu dari gunungan tumpeng.
Meski berebut, suasana tetap tertib dan penuh sukacita. Tahu kuning juga menjadi ikon makanan khas di Kediri.