“Tahun 2004 kami mulai mengasuh anak-anak. Tantangannya memang beberapa anak punya karakter berbeda-beda. Ada yang ingin tidak mengikuti aturan. Tapi kami terus mendoakan agar hatinya luluh,” ungkapnya.
“Selama di sini tidak ada anak yang bermacam-macam. Gaji honorer saya dulu Rp 350 ribu. Saya selain mengajar juga nyambi jualan buah-buahan, baju, minuman dingin sampai sekarang. Terus ada yang laku Alhamdulillah itu untuk tambahan rezeki,” sambungnya.
Bagi Masykuroh, seorang ibu tidak hanya memikirkan anak-anak kandungnya saja. Seorang ibu harus berjiwa besar-
“Harus sabar bahwa seluruh anak-anak di dunia ini perlu mendapatkan masa depan layak, perlu dididik dan diberi perhatian,” pungkasnya.