SURYA.CO.ID, PASURUAN - Terungkap kisah perjodohan Fitria Almuniroh Hafidloh Diyanah (23) dan Sueb (31) yang berakhir tragis.
Fitria Almuniroh ditemukan Sued dalam kondisi mengenaskan di rumahnya, Dusun Blimbing, Desa Parerejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan pada Selasa (31/10/2023) sore.
Diduga, Fitria yang sedang hamil 7 bulan itu dihabisi sang mertua, Khoiri (52) dengan senjata tajam di lehernya.
Fitria mengembuskan nafas terakhir saat dalam perjalanan menuju ke Puskesmas Purwodadi.
Ibu korban, Nurul Afini (49) mengungkapkan kisah asmara Fitria hingga akhirnya mengenal Sueb dan menikahinya.
Baca juga: Alasan Mertua Bunuh Menantu yang Hamil 7 Bulan di Pasuruan Ternyata Sepele, Ibu Korban: Dia Wedokan
Diakui Nurul, sebelum mengenal Sueb, sebenarnya anaknya itu tak pernah aneh-aneh dalam menjalin hubungan asmara dengan laki-laki.
Seingatnya, selama kurun waktu dua tahun lalu, ada dua laki-laki yang mencoba mendekati sang anak.
Nurul tak melarang sang anak pacaran, namun agak selektif.
Dia tak berkenan sang anak keluar bersama laki-laki yang baru dikenal dan berpacaran di tempat-tempat yang mustahil dijangkau pengawasan.
Nurul, meminta pacar anaknya bertamu dan ngobrol di dalam rumah.
Ternyata metodenya ampuh guna memastikan keseriusan laki-laki yang mendekati sang anak.
Kedua laki-laki ini tak ada yang benar-benar serius mengajak Fitria hingga ke pelaminan.
Ujung-ujungnya, lanjut Nurul Afini, pihaknya mencarikan jodoh untuk anaknya melalui metode taaruf.
Ia dibantu oleh adiknya atau paman dari Fitria, untuk mengenalkan dengan sosok laki-laki yang akhirnya benar-benar berhasil menjadi suami dari anak sulungnya.
Laki-laki tersebut adalah Sueb.
Setelah memastikan kecocokan diantara keduanya, pernikahan antara Sueb dan Fitria pun resmi digelar, pada Mei 2023.
Pernikahan mereka hampir sempurna ketika Fitria mengandung anak pertamanya.
Nurul Afini pun menyambut bahagia calon cucu pertamanya tersebut.
Seandainya insiden nahas ini tak pernah terjadi, dua pekan mendatang, tepatnya Senin (13/11/2023), Ia bersama keluarga besar sang bisan berencana menggelar acara doa bersama sebagai penanda rasa syukur atas kehamilan seorang ibu yang telah memasuki masa kandungan tujuh bulan atau lazim disebut dalam tradisi adat jawa, tingkeban.
"Iya tanggal 13 November 2023 rencananya mau acara Tingkeban,"akunya.
Diakui Nurul, selama kurun waktu tujuh bulan mengarungi bahtera keluarga, sang anak tidak pernah bercerita mengenai perbuatan aneh dari suami maupun mertuanya.
Fitria hanya pernah menceritakan bahwa sang suami, Sueb pernah terlibat pertengkaran dengan ayahnya, Khoiri.
"Pernah, suami anak saya bertengkar dengan bapaknya. Jadi anak saya diam di kamar gak mau ikut ikut," jelasnya.
Sosok Khoiri pun dinilai Nurul awalnya cukup baik.
Karena itu dia tidak curiga apapun ketika akhirnya anaknya harus tinggal bertiga dengan suami dan mertuanya tersebut.
Bahkan, kata Nurul, Khoiri cukup perhatian pada dia dan keluarganya.
"Saya kemarin (saat berkunjung pada hari minggu) saya kan kecapean habis dari jalan sehat hari santri, saya dicarikan dukun pijet biar pijeti badan saya. Yang mencarikan ya, besan saya," kata Nurul yang juga kepala SMP swasta di daerah Gubeng, Surabaya.
"Setiap kami ke sana selalu dibawakan sesuatu (oleh-oleh gitu)," sambung Nurul saat ditemui di kediamannya, kawasan Medokan Ayu, Rungkut, Surabaya, Rabu (1/11/2023).
Disadari Nurul, dibalik perilaku baik besannya itu juga acap dikenal kerap berurusan dengan perempuan.
"Gak ada. Cuma wedokan (berurusan dengan perempuan) iya. Kawinan. (Suka nikah atau main perempuan)," ungkapnya.
Terlepas dari itu, Nurul tak menyangka anaknya tewas dengan begitu keji.
Oleh karena itu, ia berharap pihak kepolisian menghukum pelaku seadil-adilnya dan seberat-beratnya.
"Bukan cuma kehilangan anak juga, tapi juga cucu. Kok teganya, sama calon cucu nomor pertama. Motifnya apa. Apa mau menodai anakku. Saya cuma minta keadilan aja," jelasnya.
Pelaku Tak Kuat Menahan Hawa Nafsu
Terpisah, Satreskrim Polres Pasuruan akhirnya mengungkap motif pembunuhan menantu yang melibatkan mertuanya di Dusun Blimbing, Desa Parerejo, Kecamatan Purwodadi.
Wakapolres Pasuruan Kompol Hari Aziz mengatakan, dari hasil pemeriksaan, motif yang mendasari pembunuhan ini karena tersangka tidak bisa menahan hawa nafsunya.
“Saat kejadian, suami korban ini sedang interview pekerjaan. Di dalam rumah, hanya ada korban dan tersangka,” katanya, Kamis (2/11/2023).
Dia menyebut, dugaan kuat, tersangka ini tidak bisa menahan nafsunya saat melihat menantunya yang sedang hamil 6 bulan keluar dari kamar mandi.
“Dari situlah, tersangka tidak bisa menahan nafsunya melihat tubuh menantunya. Tersangka langsung mendatangi korban di kamarnya,” sambung Wakapolres.
Di dalam kamar, kata Wakapolres, tersangka berusaha memperkosa menantunya itu sendiri. Pelaku berusaha melakukan pelecehan seksual.
“Upaya tersangka itu ditolak dan dilawan sama korban. Bahkan, korban pun sempat berteriak setelah aksi percobaan pemerkosaan itu,” ujar dia.
Dugaan kuat, tersangka ini panik dan ketakutan melihat menantunya melawan. Tersangka langsung keluar kamar dengan cepat dan mengambil pisau di dapur.
“Tersangka pun naik pitam dan langsung mengeksekusi korban. Pelaku menggorok leher korban. Sehingga korban bersimbah darah dan meninggal dunia,” tuturnya.
Disampaikan Wakapolres, tersangka menggorok leher korban yang saat itu sedang istirahat atau tiduran. “Korban tidak sempat melawan,” ungkap dia.
Setelah melakukan aksinya, pelaku langsung melarikan diri ke rumah tetangganya , yakni Bari. Disana, tersangka bersembunyi di kamar dan dikunci.
“Kami mengenakan tersangka dengan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan atau Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang penganiayaan berat,” tutupnya.
Sebelumnya, Khoiri sempat membuat pengakuan beda.
Kepada polisi, Khoiri mengaku jengkel kepada Fitria yang dianggapnya sebagai pemicu sang anak Sueb (31) banyak utang.
Kapolsek Purwodadi Iptu Pujiyanto mengatakan, pelaku ini menduga tanggungan utang anaknya itu akibat pengaruh istrinya.
"Sehingga, pelaku jengkel lalu membunuh menantunya itu," ungkapnya dikutip dari kompas.com (grup surya.co.id) pada Kamis (2/11/2023).
Baca juga: SOSOK Fitria, Menantu Hamil 7 Bulan yang Dibunuh Mertua di Pasuruan, Perjodohan Berakhir Tragis
Namun, pengakuan Khoiri ini masih didalami lebih lanjut oleh jajaran Satreskrim Polres Pasuruan.
Diungkapkan Pujiyanto. sehari-hari, pelaku, korban beserta suaminya tinggal bersama dalam satu rumah.
Namun, menurut Pujiyanto, sejak 2 hari terakhir pelaku berubah menjadi seorang yang temperamental. "
Tapi sebelum kejadian itu tidak ada masalah yang signifikan. Semua normal-normal saja," jelasnya.
Saat ini pelaku sudah ditetapkan tersangka dan ditahan di rumah tahanan Polres Pasuruan.
Sebelumnya diberitakan, Khoiri (52) nekat membunuh menantunya yang sedang hamil 7 bulan, Fitria Almuniroh Hafidloh Diyanah (23) dengan cara menggorok lehernya di dalam kamar rumah suami korban, di Desa Parerejo, Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan.
Jasad Fitria kali pertama ditemukan oleh Sueb (31), suaminya.
Sueb yang baru saja pulang kerja berteriak histeris melihat istrinya, Fitria Almuniroh Hafidloh Diana (23) tergeletak di kasur bersimbah darah.
Belakangan ini, perempuan asal Rungkut Surabaya itu diduga dibunuh oleh mertuanya sendiri Khoiri atau Satir (53) atau ayah kandung dari Sueb.
Korban diduga dibunuh dengan menggunakan senjata tajam (sajam). Itu setelah ada luka di area leher korban yang sedang hamil 7 bulan tersebut.
Saat kejadian, korban memang sedang di rumah bersama mertuanya. Sedangkan suaminya sedang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Korban meninggal dalam perjalanan menuju Puskesmas Purwodadi.
Dugaan kuat, korban kehabisan darah sehingga nyawanya tidak tertolong.
Kapolsek Purwodadi AKP Pujianto menyebut, pihaknya sudah mengamankan pelaku yang diduga kuat tega membunuh anak menantunya sendiri.
“Dari hasil pemeriksaan sementara, setelah membunuh korban, pelaku melarikan diri ke rumah tetangganya dan masuk ke dalam kamar, dikunci,” katanya.
AKP Pujianto menyebut, pelaku sudah diamankan ke Polsek untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dugaan kuat, pelaku menggorok leher korban dengan pisau dapur.
“Pelaku sudah kami amankan dan itu yang terpenting bagi kami. Biarkan dia tenang sebelum dilakukan pemeriksaan,” urai Pujianto.
Menurut Kapolsek, warga tidak berani menangkap pelaku karena takut yang bersangkutan masih membawa pisau dan bisa mengancam lainnya.