Meski demikian, ia enggan berkomentar lebih jauh mengenai isu tersebut.
Kendati tidak membantah atau mengiyakan, Maruli meminta untuk dikonfirmasi langsung kepada pihak yang berwenang terkait isu dirinya menjadi KSAD.
Ia hanya menyebutkan penunjukan dirinya sebagai Pangkostrad pun terjadi secara tiba-tiba.
"Yang nunjuk bukan saya, jadi tanya yang nunjuk. Kalau saya ya enggak bisa tahu," kata dia.
"Dulu jadi Pangkostrad, tiba-tiba Pangkostrad, 'kan gitu. Di sini juga berdasarkan penilaian."
"Biasanya sudah dinilai baik, nanti dipanggil, di-brief, kenapa kita diangkat, gitu kira-kira," pungkas dia.
Di bagian lain, Pengamat Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai masih banyak sosok lain yang dianggapnya berpotensi menjadi KSAD, selain Maruli Simanjuntak.
Sosok-sosok tersebut adalah para perwira tinggi (pati) lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1989-1992.
Mereka yang lulus tahun 1989 di antaranya adalah Dankodiklat TNI, Letjen Eko Margiyono; Komandan Pusterad, Letjen Teguh Muji Angkasa; dan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS), Letjen Rudianto.
"Dari generasi Akmil 90-an ada nama Sesmenko Polhukam, Letjen Teguh Pujo Rumekso (peraih Adhi Makaysa Akmil 91/seangkatan dengan Agus Subiyanto); Koorsahli KSAD, Letjen I Nyoman Cantiasa (Adhi Makayasa Akmil 1990); Pangkogabwilhan III, Letjen Richard Tampubolon (Akmil tahun 1992); dan ada juga nama Pangkostrad Maruli Simanjuntak (Akmil 92)," beber Khairul kepada Tribunnews.com, Senin.
Karena itu, Khairul berpendapat, apabila Maruli menjadi KSAD, maka hal tersebut bisa mengganggu regenerasi AD.
Alasannya, Maruli yang juga lulusan Akmil tahun 1992, masih lama masa aktifnya.
Maruli masih akan memasuki masa pensiun pada Februari 2028.
"Nah untuk nama terakhir (Letjen Maruli), meski banyak pihak mengakui bahwa peluangnya sangat besar."
"Namun, masa aktifnya dianggap terlalu lama dan bisa memengaruhi proses regenerasi jika menduduki posisi KSAD dalam waktu dekat," tutur Khairul.