SURYA.CO.ID - Berikut update kasus seorang balita 3 tahun di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) yang positif narkoba.
Balita berusia 3 tahun di Samarinda itu dinyatakan positif narkoba jenis sabu.
Adapun, balita 3 tahun itu dinyatakan positif narkoba setelah menjalani tes urine.
Sebelumnya, sang balita sempat menegak air meneral di rumah tetangganya.
Air itu diduga mengandung narkoba dengan jenis sabu.
Pasalnya usai menegak air itu, sang balita memperlihatkan perilaku yang tidak biasa.
Baca juga: SOSOK Ibu Balita 3 Tahun yang Positif Narkoba Diduga Dicekoki Tetangga: Single Parent, Khawatir Ini
Baca juga: Balita di Sidoarjo Tewas Dianiaya Pasutri Pengasuhnya, Polisi: Diduga Akibat Pendarahan di Kepala
Polisi telah memeriksa sejumlah saksi dan menetapkan seorang tersangka atas kasus yang tengah viral ini.
Melansir Kompas.com, Kuasa hukum Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Kaltim, Dyah Lestari, mengatakan, usai meminum air itu, pada malam harinya, balita tersebut melakukan hal-hal yang tak lazim.
"Reaksi anak malamnya dia tidak tidur, hiperaktif, ngoceh terus, keluar keringat sejagung-jagung, dan dia mengambili barang-barang di sekitarnya kayak bersih-bersih dan sebagainya," ujarnya, Minggu (11/6/2023), dikutip dari Kompas TV.
Sebelum insiden tersebut, ibu korban mulanya dihubungi oleh sang tetangga untuk mencabut ubannya.
Ia kemudian datang bersama anaknya yang berusia balita.
Berselang beberapa saat, bocah tersebut merasa haus.
"Nah karena si ibu ini bertamu ke rumah tetangga, jadi ndak bisa dong pulang untuk mengambil air minum.
Mintalah sama tetangga pemilik rumah. 'Ada air minum, nanti bude ambilkan'. Bude itu tetangga tadi," ucap Dyah.
Keesokan harinya, ibu korban sempat bertanya kepada tetangganya tersebut.
"Air apa yang kamu kasih ke anak saya?" ucap Dyah menirukan perkataan ibu korban.
Tetangga itu mengaku bahwa air mineral tersebut diambil dari warung.
Ibu korban kemudian mengonfirmasi ke pemilik warung.
Pemilik warung menyebutkan bahwa tidak ada air yang dibawa oleh tetangga itu dari warungnya.
Baca juga: 7 FAKTA Balita 3 Tahun di Samarinda Positif Narkoba, Tak Tidur 3 Hari hingga Dikira Kesurupan
Baca juga: Fakta, Banyak Balita Stunting dari Keluarga Mampu, Pemkot Kediri Dorong Pemberian Makanan Tambahan
"Di warung tersebut menjual merek B, dan air yang diberikan ke anaknya itu merek A," ungkapnya.
Dyah menuturkan, ibu balita tersebut mendatangi TRC PPA.
Balita itu kemudian dibawa ke rumah sakit.
Berdasarkan hasil tes urine, korban ternyata positif narkoba.
Polisi Tetapkan 1 Tersangka
Dalam kasus balita positif narkoba ini, polisi sudah menetapkan tersangka.
Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) Samarinda Kombes Ary Fadli menjelaskan, tersangka tersebut ialah perempuan berinisial ST (51) yang merupakan tetangga korban.
"Kami sudah periksa tiga saksi.
Satu orang kami tetapkan tersangka, yang memberikan minuman itu," tuturnya, Minggu (11/6/2023).
Kini, polisi masih menyelidiki motif ST memberikan air yang diduga mengandung narkoba kepada balita.
Kondisi Balita
Melansir TribunKaltim.co, meski minim asupan dan istirahat, sang balita itu tetap tampak bugar, aktif, dan bahkan tak hentinya mengoceh.
Kondisi itu diamini Sub Koordinator Rehabilitasi BNNK Balikpapan, dr. Henny Damayanti.
Dia memaparkan, sabu merupakan narkotika jenis stimulan, d imana efeknya memacu kerja otak dan meningkatkan aktivitas di tubuh.
Seperti denyut dan tekanan darah yang meningkat, tubuh sangat aktif, hingga sering berkeringat.
"Penggunaan narkoba jenis apapun dapat mempengaruhi otak dan saraf pusat, serta berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan pada tubuh," Henny menjelaskan.
Lebih lanjut, ia merincikan permasalahan itu berdampak terhadap tiga hal. Baik secara fisik, psikis, maupun interaksi sosial si balita.
Bahkan jika dengan intensitas yang berat, Henny meneruskan, menyebabkan ketergantungan di mana kerusakan yang ditimbulkan pada fisik dan mental menjadi irreversible atau tak dapat diubah.
Berkaca dari kejadian balita positif sabu di Samarinda, Henny mengimbau agar orangtua melakukan pengawasan yang ketat serta keaktifan orangtua mencari tahu soal bahaya narkoba.
"Memperhatikan lingkungan dan kondisi sosial lainnya juga mengurangi faktor risiko terjadinya penyalahgunaan narkoba di dalam keluarga," tutup Henny.
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id