Lebih lanjut menurut Khofifah ketidak santunan dalam bersosial media, hoaks, character assasination jika tidak dikendalikan bisa mengganggu persatuan, kesatuan, dan persaudaraan.
Untuk itu, dalam kondisi ini pustakawan punya peran sangat signifikan untuk membangun kearifan dalam bertutur, dalam merespon dan mengedukasi masyarakat dengan penuh kesantuan.
Sementara itu Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando menyampaikan bahwa perpustakaan kedepannya harus melakukan transformasi digital.
Salah satunya, bagaimana ekonomi mikro bisa di edukasi dengan mengantarkan kepada pasar internasional melalui online atau bahkan startup.
"Para pelaku usaha mikro bisa dimungkinan untuk membuka usaha dengan buku-buku ilmu terapan,” ujarnya
Selain itu, dirinya berharap perpustakaan kedepan juga harus menjadi konten kreator (influencer). Bahkan di akhir tahun ini, dirinya menargetkan lahirnya 3 juta konten kreator dari para pustakawan se-Indonesia.
Dirinya kemudian memaparkan bahwa kongres ini sengaja digelar di Jawa Timur untuk bisa menjadi panutan yang bisa ditiru dengan deretan prestasi dibingan perpustakaan dan kearsipan.
“Kami memilih Jawa Timur pertama karena memang komitmennya Ibu Gubernur terhadap perpustakaan luar biasa. Maka teman-teman dari daerah datang disini bukan hanya menghadiri kongres dan seminar ilmiah, tapi mereka akan lanjutkan dengan studi tiru pada beberapa keberhasilan di Jawa Timur untuk pengembangan perpustakaan,” tandasnya.
BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA