Selain menerima pesanan sepatu lukis, papan ucapan, gambar siluet wajah, dan mahar pernikahan, ia juga mengerjakan kaligrafi, hantaran, karikatur, dekor stan, hias mobil penganten, kaos lukis, tas lukis, dekorasi panggung, dan toples flanel.
Dalam sebulan, suami dari Syah Fitri Tika Suci itu mampu meraup omzet sebesar Rp 30 juta dengan hasil bersih sekitar Rp 15 juta.
Ia mengawali usahanya dengan sepatu lukis di tahun 2009. Kala itu, momen Valentine Day dijadikan ajang mempromosikan karyanya.
Untuk menjaga produktifitas, ia membuat toples flanel berbahan kain bludru yang dikemas dalam motif bunga di Bulan Ramadhan 2011. Karyanya laku keras lantaran menjelang perayaan Idul Fitri.
Melihat usahanya terus berkembang, Alumnus SMKN 2 Bangkalan jurusan otomotif itu lantas membuat mahar di tahun 2013. Disusul produksi siluet wajah yang baru dipromosikan pada pertengahan 2015.
"Melihat peluang di Madura, akhirnya membuat mahar. Setiap hari ada pesanan. Apalagi musim manten, jarang tidur karena banyak pesanan," katanya.
Hingga saat ini, putra sulung dari empat bersaudara itu mampu mempekerjakan empat orang. Beberapa di antaranya adalah teman kuliahnya dulu.
Bahkan, Devri kini berani membuka cabang di Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan Sumenep untuk memprluas dan memperbesar usahanya.
"Kendalanya ya modal. Belum ada bantuan dana dari pemerintah. Bantuan hanya seputar informasi pameran dan pelatihan," katanya.
Kendati terkendala modal, prestasi Juara I Wira Usaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional 2015 di Bidang Industri Kreatif dari Kementrian Pemuda dan Olahrga menjadi pelipur lara.
"Saat karya - karya saya dilombakan di tingkat Jawa Timur hanya juara II. Namun di tingkat nasional malah juara I," pungkasnya. (Ahmad Faisol)