DPRD Jatim Minta Seluruh Pihak Mematuhi SE Bersama Aturan Sound Horeg
Surat Edaran (SE) Bersama yang mengatur tentang penggunaan sound sistem, termasuk sound horeg di Jatim, diharapkan bisa optimal.
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Surat Edaran (SE) Bersama yang mengatur tentang penggunaan sound sistem, termasuk sound horeg di Jawa Timur (Jatim), diharapkan bisa optimal.
Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Jatim, dr Agung Mulyono, mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik SE Bersama yang dikeluarkan oleh Forkopimda Jatim.
Sebab, dewan turut khawatir terhadap dampak yang bisa ditimbulkan jika dentuman suara sound horeg tidak diatur.
SE Bersama Nomor 300.1/ 6902/209.5/2025, Nomor SE/1/VIII/2025 dan Nomor SE/10/VIII/2025 resmi keluar pada 6 Agustus 2025.
Regulasi ini diteken oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto,dan Pangdam V Brawijaya Mayjend TNI Rudy Saladin.
"Saya sangat mengapresiasi langkah ini," kata dr Agung kepada wartawan, Selasa (12/8/2025).
Sejak regulasi ini terbit, berbagai unsur di DPRD langsung menyatakan dukungan, namun dibarengi dengan berbagai harapan.
Sebab, sound horeg selama ini menjadi buah bibir dan pro kontra di masyarakat.
Sound horeg banyak dikeluhkan, karena suaranya yang keras.
Politisi berlatar belakang dokter ini menyadari betul, bahwa dentuman suara keras sound dalam waktu lama memang tak bisa dipandang sebelah mata. Jika diabaikan, bisa berakibat pada gangguan pendengaran.
Menurut dr Agung, hal tersebut bukan sekadar ancaman biasa. Sehingga, ia menyambut baik turunnya aturan dalam SE Bersama itu.
Misalnya, batasan tingkat kebisingan penggunaan sound system/pengeras suara di lingkungan masyarakat, dimensi kendaraan yang mengangkut sound system hingga batasan waktu.
Lalu, aturan lain adalah terkait tempat dan rute yang dilewati sound system, dan yang terakhir terkait penggunaan sound system untuk kegiatan sosial masyarakat.
Dalam SE Bersama tersebut, ada batasan antara penggunaan sound system statis dan yang bergerak.
Untuk yang statis seperti pada kegiatan kenegaraan, pertunjukan musik, seni budaya pada ruang terbuka dan tertutup dibatasi maksimal intensitas suara yang dihasilkan adalah 120 desibel.
Untuk sound system seperti karnaval, unjuk rasa secara non statis atau berpindah tempat dibatasi maksimal adalah 85 dBA.
Dokter Agung mengajak seluruh pihak untuk mematuhi aturan ini. Tujuannya, memastikan kesehatan bersama sekaligus menciptakan ketertiban lingkungan agar kondusif.
Lebih jauh, dr Agung menegaskan, aturan ini dibuat bukan untuk melarang sepenuhnya hiburan atau kegiatan budaya.
“Mengatur agar tidak menimbulkan dampak negatif, baik secara sosial maupun medis,” ungkap dr Agung yang juga merupakan Bendahara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Jatim.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat ditemui seusai rapat paripurna pada Senin (11/8/2025), menjelaskan bahwa SE Bersama telah melalui berbagai proses. Termasuk disusun dengan mempertimbangkan banyak hal.
Misalnya, memperhatikan aspek kesehatan serta keamanan masyarakat, termasuk menjaga kondusifitas dari kebisingan.
"Kami juga mendengarkan dari Bahtsul Masailnya MUI, karena Majelis Ulama Indonesia juga mengundang banyak pakar," ungkap Khofifah di Gedung DPRD Jatim.
DPRD Jatim Kawal Investigasi Longsor Tambang di Magetan, Minta Audit Transparan |
![]() |
---|
Telkom Regional III Hadirkan Bantuan Pendidikan Lewat Program Digital Learning School 2025 |
![]() |
---|
Ada Adhyaksa Bulog Mart Mobile, Masyarakat Bisa Berbelanja Kebutuhan Murah Di Kejari Probolinggo |
![]() |
---|
Tanam Jagung Di Kuartal IV, Polres Probolinggo Dorong Pemanfaatan Lahan-Lahan Potensial di Paiton |
![]() |
---|
Dampingi Pemda Periksa Kelayakan Bangunan Pesantren Se-Pasuruan, PII Keluarkan Tiga Poin Imbauan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.