Psikolog Unair : Dampak Kesepian Kronis Berisiko Kematian, Setara dengan Merokok 15 Batang Sehari
Isu mengenai bahaya kesepian kembali mencuat ke publik, bahwa kondisi tersebut bisa berdampak fatal hingga menyebabkan kematian.
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Isu mengenai bahaya kesepian kembali mencuat ke publik, setelah sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kondisi tersebut bisa berdampak fatal hingga menyebabkan kematian.
Dosen Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Tiara Diah Sosialita SPsi MPsi Psikolog, menegaskan bahwa kesepian kronis yang berlangsung lama dan intens dapat memicu gangguan kesehatan mental serius.
“Kesepian kronis yang dirasakan terus-menerus dan intens itu, bisa berdampak pada banyak sekali risiko-risiko kesehatan mental, bahkan kematian. Ada studi yang menyimpulkan, kalau kesepian itu punya dampak terhadap kesehatan yang setara dengan ketika seseorang merokok 15 batang sehari,” ujar Tiara, Senin (4/8/2025).
Menurutnya, dalam kajian psikologi, kesepian bukan sekadar tidak memiliki teman, tetapi lebih pada perasaan kehilangan koneksi sosial yang bermakna.
Perasaan ini bisa muncul, meski seseorang berada di tengah keramaian atau hidup bersama orang lain.
Tiara menjelaskan, meskipun tidak termasuk dalam klasifikasi gangguan psikologis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), kesepian kerap menjadi gejala dari berbagai gangguan seperti stres, kecemasan, gangguan kepribadian dan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
“Ketika kesepian kronis semakin intens, akan muncul ide untuk bunuh diri. Kalau secara klinis hal ini sering terjadi pada remaja dan lansia, karena ada faktor risiko perkembangan, baik secara kognitif, emosi dan sosial yang memang rawan,” tambahnya.
Selain dampak psikologis, kesepian juga berdampak buruk pada kesehatan fisik.
Tiara menyebut, kesepian kronis dapat memicu peningkatan tekanan darah dan menurunkan sistem imun.
"Hal ini disebabkan oleh pola hidup tidak sehat yang kerap menyertai perasaan kesepian, seperti pola makan tak teratur, kurang tidur dan jarang beraktivitas fisik," tegasnya.
Di tengah perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat, kesepian nyatanya belum dapat diatasi secara efektif. Bahkan, penggunaan media sosial yang tidak tepat justru memperburuk kondisi tersebut.
“Media sosial itu bisa memperbaiki kondisi kesepian ketika memang digunakan secara tepat dan adaptif. Misal menggunakan fasilitas koneksi sosial, seperti komunitas yang dapat berbagi pengalaman atau sekadar curhat,” paparnya.
Sebagai langkah pencegahan, Tiara menyarankan individu membangun relasi sosial yang sehat dan timbal balik, serta menyusun rutinitas harian yang positif. Jika kesepian tak kunjung membaik, ia menegaskan pentingnya mencari bantuan profesional.
“Ketika sudah melakukan langkah-langkah praktis tersebut, tetapi kesepian yang dirasakan tidak membaik atau bahkan semakin parah, maka itu adalah tanda untuk mencari bantuan profesional dengan mendapatkan penanganan dari psikolog,” pungkasnya.
dampak kesepian kronis
Psikolog Unair
Tiara Diah Sosialita
kesepian kronis
kesehatan mental
Surabaya
SURYA.co.id
bahaya kesepian
Ketua Baru Andalkan Kader dan Kekuatan Struktural, PKS Jatim Berambisi Rebut 12 Kursi di Pemilu 2029 |
![]() |
---|
Demo Pati Makin Memanas, Kini Muncul Massa Tandingan yang Dukung Bupati Sudewo, Ini Kata Koordinator |
![]() |
---|
Pengamen Hilang di Kali Jagir Surabaya Hindari Satpol PP, Keluarga Menuntut : Ia Mencari Sesuap Nasi |
![]() |
---|
3 Info Terbaru Soal Penculik Bos Bank Plat Merah Menurut Ketua RT, Ungkap Peran Sosok di Surabaya |
![]() |
---|
Rekam Jejak Nasim Khan, Anggota DPR yang Usulkan Gerbong Khusus Merokok, Malah Banjir Penolakan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.