Berita Viral

Tabiat Hafid Pria Hidup Sebatang Kara di Kolong Jembatan, Mengaku Dokter Spesialis Lulusan Singapura

Sosok Hafid jadi sorotan karena tinggal sebatang kara di kolong jembatan, kawasan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Ini tabiatnya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Youtube/Tribun Jateng Faisal Affan
SEBATANG KARA - (kanan) Hafid (pakai sarung) tengah berbincang dengan Youtuber Sukaryo Adiputro atau Adi. (kiri) penampakan rumah bedeng yang ditempati Hafid di kolong jembatan di Demak, Jawa Tengah) 

SURYA.CO.ID - Sosok Hafid jadi sorotan karena tinggal sebatang kara di kolong jembatan, kawasan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. 

Hafid tinggal di sebuah rumah bedeng terbuat dari potongan bambu dan terpal bekas spanduk, yang berada tak jauh dari Bendung Sungai Kalijajar Demak di Jalan Sunan Kalijaga.

Menurut info, Hafidz berprofesi sebagai dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT).

Hafidz tinggal di rumah bedeng itu setelah istri dan anaknya meninggal akibat kecelakaan. 

Dalam keseharian, Hafidz kabarnya sesekali pergi ke Masjid Kadilangu, Demak.

Bahkan tersiar kabar bahwa ia memiliki sebuah pondok pesantren di Jember, Jawa Timur yang dikelola oleh keluarganya.

Bagaimana faktanya? Berikut ulasan dirangkum SURYA.CO.ID dari Youtube dan Tribun Jateng.

Istri dan Anak Meninggal

Hafidz memilih hidup sederhana di bawah kolong jembatan karena tak memiliki keluarga lagi.

Dulu, ia memiliki istri yang berprofesi seorang dokter. Sedangkan, anak semata wayang merupakan lulusan Jerman.

Kini, keduanya meninggal.

"Setelah mereka meninggal, saya tinggalkan semuanya. Apotek saya tutup, pekerjaan saya lepas" ujar Hafid dikutip SURYA.CO.ID dari YouTube bertajuk "Sinau Hurip".

Rutin Lakukan Ritual 

Baca juga: Sosok Ibu Sambung Farel Prayoga yang Bantah Tudingan Penyiksaan, Ungkap Alasan Usir dan Larang Tidur

Sehari-hari, Hafid menjalani rutinitas spiritual. 

Dari tempat tinggalnya yang berada di bawah jembatan, ia berjalan ke Masjid Kadilangu untuk beribadah, kemudian melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Kalijaga. 

Sisanya, ia habiskan waktu menyendiri di tempat tinggalnya yang sederhana.

"Sudah sembilan tahun saya tinggal di sini," kata Hafid saat ditanya Adi dalam wawancara tersebut. 

Meski masih memiliki keluarga besar dan pondok pesantren di Jember, Hafid mengaku tidak betah berlama-lama di rumah.

"Saya anak tunggal, tapi punya tiga adik angkat yang semuanya sarjana kesehatan. Kadang pulang ke Jember, tapi enggak kerasan, lalu balik ke sini lagi," ujarnya.

Lulusan Singapura

Hafid menceritakan, ia menempuh pendidikan di Universitas Indonesiai (UI) sebelum melanjutkan spesialis THT di Singapura.

Kemudian melanjutkan studi selama empat tahun di Italia.

Sepulangnya ke Indonesia, ia membuka apotek di Jember bersama sang istri yang berasal dari Cianjur dan juga berprofesi sebagai dokter.

Baca juga: 2 Sosok yang Ragukan Penyebab Kematian Arya Daru Bukan Karena Dibunuh, Sebut Banyak Kejanggalan

Namun, sepeninggal sang istri, Hafid memilih tinggal di tempat sederhana.

"Saya merasa lebih tenang seperti ini," ucap Hafid.

Pantauan di Rumah Hafid

Tribun Jateng (grup SURYA.CO.ID) berkesempatan mendatangi rumah Hafid, Senin (28/7/2025) siang. 

Layaknya rumah pada umumnya, bangunan berukuran 2x4 meter yang cukup sederhana itu dilengkapi dengan dapur dan teras yang hanya berisikan dipan sederhana diberi matras biru.

Tak jauh dari dipan, terdapat sebuah meja kecil yang berisi teko dan gelas untuk minum. Ada pula kursi ala kadarnya yang mungkin digunakan Hafidz untuk bersantai.

Namun sayangnya saat itu penghuni rumah tidak menampakkan batang hidungnya.

Baca juga: Kejahatan Lain Syahrama Usai Bunuh Driver Ojol Sevi Ayu, Bungkus Jasad dalam Kardus lalu Gasak Ini

Meskipun sudah berkali-kali mengucapkan salam, tak ada satu pun balasan dari dalam rumah bedeng itu.

Tak jauh dari dapur yang ala kadarnya, terdapat tumpukan kayu yang digunakan Hafidz untuk memasak.

Ada pula beberapa galon air, rak piring, dan ember yang digunakan untuk membersihkan peralatan dapur.

Tak jauh dari sana, juga masih terdapat rumah bedeng serupa yang berbentuk panggung.

Rumah bedeng tersebut terlihat lebih sederhana namun dilengkapi dengan kandang yang berisi burung perkutut.

Tepat berada di sebelahnya, terdapat jemuran handuk merah dan sajadah hijau.

Karena tidak bertemu dengan sang penghuni rumah bedeng, tim Tribunjateng.com mencoba menggali informasi dari warga sekitar.

Pengakuan Tetangga

Seorang tetangga, Kroto,mengatakan warga sekitar lebih mengenalnya sebagai sosok Pak Kafid.

"Orang sini manggilnya pak Kafid. Tapi saya baru tahu kalau dia dulunya seorang dokter. Warga sini tahunya ya cuma orang pelarian saja," ucap Kroto yang bertugas sebagai penjaga  Bendung Sungai Kalijajar.

Kroto mengatakan bahwa Kafid sudah tinggal di bawah kolong jembatan sejak 7 tahun yang lalu. Ia mengaku ada beberapa orang yang mendatanginya untuk berobat.

"Sesekali ada yang mencari pak Kafid buat berobat. Tapi saya tidak tahu berobat untuk penyakit apa."

"Sudah lama dia tinggal disitu sejak 7 tahun lalu. Orangnya bisa diajak komunikasi, bukan orang stres (ODGJ)," tambahnya.

Menumpang Isi Baterai Ponsel

Menurut Kroto, sehari-hari aktivitas Kafid hanya berdiam di bedeng miliknya dan sesekali menumpang mengisi daya ponsel di warung yang tak jauh dari Bendung Sungai Kalijajar.

"Siang gini biasanya ya di rumah itu. Kalau malam numpang ngecharge di warung situ. Dia punya HP (ponsel). Bahkan punya dua setahu saya," ujar Kroto.

Kroto sempat membantu tim Tribunjateng.com untuk kembali mendatangi rumah Kafid yang ada di kolong jembatan.

Namun hasilnya tetap saja nihil.

"Biasanya dia santai-santai di depan rumah ini. Tapi ini kok kebetulan pas tidak ada. Mungkin lagi pergi," ucapnya.

Sampai saat ini pun Kroto dan warga sekitar masih bertanya-tanya bagaimana cara Kafid bertahan hidup. Pasalnya Kafid bukanlah tunawisma yang mencari uang dengan meminta belas kasihan dari warga sekitar.

"Enggak pernah lihat dia minta-minta ke warga atau ke jalanan. Warga sini juga masih belum tahu, bagaimana dia bisa hidup. Mungkin ada yang mengirimkan uang atau makanan," tutupnya.

 

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved