Cak Eri Tak Mau Bus Trans Jatim Masuk Kota Surabaya, Pilih Siapkan Transportasi Integrasi

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memastikan belum akan menerima Bus Trans Jatim masuk ke dalam Kota Surabaya, Jatim. Ini alasannya

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
TRANSPORTASI ANDALAN SURABAYA - Antusias penumpang Suroboyo Bus Listrik (SBL) cukup tinggi sejak transportasi umum (transum) ini diluncurkan pada November 2024. Ribuan penumpang telah mencoba moda yang saat ini melayani jalur R4 (rute Terminal Purabaya - Kampus C Universitas Airlangga via Jemursari) ini. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memastikan belum akan menerima Bus Trans Jatim masuk ke dalam Kota Surabaya. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi atau Cak Eri, memastikan belum akan menerima Bus Trans Jatim masuk ke dalam Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), khususnya Terminal Joyoboyo. 

Sebagai penunjang, Wali Kota Cak Eri memilih menyiapkan moda transportasi yang akan mengintegrasikan Bus Trans Jatim dengan kendaraan menuju dalam Kota Surabaya.

Hingga kini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah mengelola transportasi dalam kota seperti Suroboyo Bus sebagai backbone angkutan umum, dan Wira Wiri Suroboyo sebagai feeder. 

Di samping itu, ada angkutan kota (lyn), kereta api (KA) komuter hingga transportasi online sebagai alternatif menuju tengah Kota Surabaya.

Cak Eri tak ingin keberadaan Bus Trans Jatim akan menganggu eksistensi transportasi umum yang sudah ada. 

"Kami tidak ingin tranportasi (umum) yang masuk akan mematikan transportasi yang lainnya," ujar Cak Eri ketika dikonfirmasi, Selasa (22/7/2025).

Karenanya, Pemkot Surabaya memilih akan mengintegrasikan masing-masing tranportasi umum tersebut. 

Penumpang Bus Trans Jatim dapat memanfaatkan moda transportasi umum Surabaya di daerah perbatasan.

"Harus terintegrasi, bukan mematikan yang sudah ada. Sehingga, ketika Trans Jatim sudah sampai, kemudian disambut dengan Suroboyo Bus," tuturnya.

Terbuka kemungkinan sinkronisasi tersebut, akan berpengaruh pada tarif tiket kedua moda transportasi itu. 

"Misalnya harganya berapa, monggo saja. Dishub (Dinas Perhubungan) Surabaya sudah koordinasi dengan Dishub Provinsi. Pikiran saya cuma satu, ketika ada transportasi yang masuk, transportasi yang sudah ada tidak mati," tegas Cak Eri.

Berbeda halnya dengan Suroboyo Bus yang dikelola Pemkot Surabaya, Bus Trans Jatim saat ini menjadi program Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim). Layanan bus antarkota dan antarkabupaten (AKDP) ini juga melayani dalam kota.

Di Surabaya, Bus Trans Jatim maupun Suroboyo Bus juga memiliki beberapa irisan trayek. Di antaranya, Halte Dukuh Menanggal dan Halte Siwalankerto 2 yang berada di kawasan Surabaya Selatan.

"Dari sini [penumpang] diambil oleh Suroboyo Bus, kemudian ke jurusan yang mana. Langsung jalan misalnya (tiket terusan), terus biayanya seperti apa (dibahas lagi), ya monggo. Terpenting transportasi yang ada jangan sampai terganggu," kata Cak Eri.

"Bisa terintegrasi. Trayek yang sudah ada transportasinya, seperti Suroboyo Bus, yang di situ ada sopirnya, yang kami juga melakukan perbaikan juga dari pendapatan ini (tiket penumpang), kemudian (terganggu karena) ada (transportasi) yang masuk. Bagaimana nanti dengan bayar sopirnya? Bagaimana dengan perbaikannya? Sehingga lebih baik terintegrasi," Cak Eri membeberkan.

Di Surabaya, pemkot sejauh ini mengoperasikan sekitar 40 unit bus besar Suroboyo Bus dengan 3 trayek utama, didukung sekitar 53 unit feeder.

Di luar Surabaya, Bus Trans Jatim telah menjangkau beberapa daerah tetangga seperti Sidoarjo, Gresik, Bangkalan hingga Mojokerto. 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved