Dewan Pendidikan Prihatin SDN di Jombang Kekurangan Murid, Sarankan Sekolah Gandeng TPQ dan Madin

Ia melanjutkan, kepala sekolah dan para guru diminta aktif melakukan pendekatan kepada masyarakat, termasuk bersilaturahim ke rumah-rumah

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
surya/Anggit Puji Widodo
JOMBANG KRISIS SISWA - Siswa di SDN Pojokklitih, Desa Pojokklitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur belajar bersama para profesional. Dewan Pendidikan ungkap penyebab SD Negeri Jombang krisis pendaftar. 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Dunia pendidikan dasar di Kabupaten Jombang tengah menghadapi tantangan serius. Tercatat ada 47 Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Santri mengalami krisis siswa, dengan jumlah pendaftar rata-rata di bawah 10 orang untuk tahun ajaran 2025. 

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan keberlangsungan operasional sejumlah sekolah. Fenomena ini pun jadi sorotan Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang, Muhyiddin Zainul Arifin.

Muhyiddin mengungkapkan beberapa faktor yang memicu minimnya peminat di sekolah-sekolah negeri tersebut. Di antaranya adalah maraknya pendirian sekolah swasta berbasis agama yang semakin diminati masyarakat. 

Lalu meningkatnya kemampuan ekonomi orangtua yang lebih memilih sekolah berkualitas, hingga dampak dari keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang mengurangi jumlah anak usia sekolah dasar.

“Dengan jumlah siswa yang sangat sedikit, proses pembelajaran menjadi tidak optimal. Imbasnya juga pada penghasilan guru yang ikut berkurang,” ucap Muhyiddin saat dikonfirmasi, Rabu (9/7/2025). 

Sebagai upaya darurat, beberapa SDN membuka kembali proses penerimaan siswa baru, khususnya bagi sekolah yang belum mencapai 10 pendaftar, meskipun kuota ideal per kelas mencapai 28 siswa. 

Ia melanjutkan, kepala sekolah dan para guru diminta aktif melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat, termasuk bersilaturahim ke rumah-rumah untuk mengajak menyekolahkan anak di SDN setempat.

Muhyiddin menambahkan, jika kondisi ini tidak mengalami perubahan signifikan hingga tahun depan, opsi penggabungan (merger) sekolah akan menjadi pilihan strategis. Tujuannya agar proses pembelajaran tetap berjalan efektif dan efisien.

"Kasus paling mencolok terjadi di SDN Tambakrejo yang hanya menerima 4 siswa baru. Sementara di wilayah yang sama, Madrasah Ibtidaiyah Tambakberas dan SD Madinatul Ulum justru mampu menarik banyak murid," ujarnya. 

Fenomena ini menunjukkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah berbasis keagamaan. Guna menjawab tantangan tersebut, Muhyiddin menyarankan agar Dinas Pendidikan Jombang mempertimbangkan integrasi materi pendidikan diniyah ke dalam kurikulum SDN. 

Kerja sama dengan TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) dan Madrasah Diniyah yang berada di sekitar sekolah bisa menjadi salah satu solusi untuk mengangkat kembali citra dan daya tarik sekolah negeri.

“Langkah tersebut diharapkan bisa memulihkan kepercayaan masyarakat untuk kembali memilih SDN sebagai tempat pendidikan bagi anak-anak mereka,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, dunia pendidikan dasar di Jombang menghadapi tantangan serius. Sebanyak 47 SDN kekurangan murid baru di tahun ajaran 2025/2026. Ironisnya, tiga sekolah di antaranya bahkan nihil pendaftar.

Data yang dihimpun dari laman resmi https://spmbsd-jombangkab.com/ menunjukkan bahwa jumlah siswa baru di puluhan sekolah tersebut berkisar antara 0 hingga 9 orang. 

Di antaranya SDN Kertorejo 1 (Ngoro), SDN Glagahan 2 (Perak), dan SDN Sumberaji 2 (Kabuh) menjadi sekolah yang paling terdampak, dengan masing-masing hanya memiliki 0 dan 2 siswa.

Sumber: Surya
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved