Kuliner Surabaya
Menikmati Semangkuk Ronde Semarang Pak Yanto, Kuliner Malam yang Sudah 20 Tahun Hangatkan Surabaya
Lalu-lalang pembeli selalu mewarnai hari-hari Ronde Semarang Pak Yanto di Surabaya tiap malamnya.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: irwan sy
SURYA.co.id, SURABAYA - Lalu-lalang pembeli selalu mewarnai hari-hari Ronde Semarang Pak Yanto di Surabaya tiap malamnya.
Saat SURYA.co.id mendekati gerobak ronde, salah satu pekerja menyapa "mau pesan apa? pilihannya di sini” menunjukan lembaran kertas berisi daftar menu, dan seporsi ronde, campur, ronde balur dan serabi aren menjadi pilihan bersantap malam itu.
Ada ronde besar yang berisi kacang tanah, juga beberapa ronde berukuran lebih kecil tanpa isi, degan, mutiara, kacang, dan pacar cina atau sagu mutiara berbentuk persegi panjang mirip dengan jelly.
Ronde ini disajikan dengan kuah jahe hangat.
Terletak Jalan Dharmahusada Surabaya (parkiran lama Pusat Oleh-oleh Bu Rudy), kedai ronde ini memililiki sekitar 10 meja, masing-masing dapat menampung 4 hingga 6 orang.
“Kita pakai cara tradisional, turun temurun sudah generasi ketiga,” ujar Nike, istri dari Yanto, Senin (7/7/2025).
Ronde memang makanan tradisional yang dapat ditemukan di mana-mana.
Umumnya terbuat dari rebusan jahe awat wedang jahe khas dengan aroma hangat pedas.
Namun, kuah ronde yang dihadirkan kedai ini tidak memberi kesan menusuk dari jahenya.
Kekenyalan ronde dapat dibilang pas, dengan isian kacang yang telah diolah, sedikit manis, berpadu dengan lembutnya balutan tepung berwarna merah muda dan kuah hangat aromatik jahe.
Selain ronde campur, ada juga ronde balur. Variasi dari wedang ronde yang mana bola-bola ronde terbuat dari tepung ketan, berisi olahan kacang tanah, dan disajikan dengan cara dibaluri kacang tanah sangrai.
Ada kuah jahe terpisah.
Sekitar 9 menu mulai dari ronde, angsle, serabi, tauwa dan pilihan lainnya dibanderol mulai dari Rp11 ribu.
Kedai ronde ini menjadi pilihan kuliner malam hari di Surabaya.
Semakin malam, tampak pengunjung semakin berdatangan.
Kedai ini buka mulai 17.00 WIB hingga 23.00 WIB, setiap hari.
Meski tak penuh sesak, semakin malam pembeli silih berganti berdatangan ke kedai tersebut, mulai usia dewaa, orang tua dengan anaknya, hingga pasangan muda mudi.
Area parkir yang luas, tak jarang terlihat lalu lalang pelanggan datang turun dari mobil.
“Ramainya pukul 8 malam, sampai jam 11 malam masih ramai. Kemarin weekend, ini sampai 10 meja penuh,” ujarnya.
Kedai Ronde Semarang Pak Yanto telah ada sejak dua dekade lalu.
Sudah 20 tahun Yanto dan istri mengelola dan melanjutkan usaha keluarga.
Sebelumnya, keluarga Yanto telah menggeluti usaha ronde sejak 1975.
Semula, Yanto merintis usaha ini di daerah Kapasan, lalu Manyar dan kemudian berpindah ke area Pusol Bu Rudy Dharmahusada.
“Dulu kan di pinggir jalan, berhubung ramai, dan kami disarankan sama Bu Rudy buat jual di tempat beliau. Akhirnya kami coba pindah dan mulai merintis lagi dan Puji Tuhan di sini animo pembelinya ramai,” ungkap Nike.
Peran Bu Rudy, diakui Yanto dan istri, bukan hanya membantu dalam menyediakan tempat jualan, tetapi mentor dalam belajar pengelolaan usaha, terutama bagi UMKM yang tengah tumbuh.
Ia mengaku banyak belajar terkait pelayanan, yang mana keramahan menjadi utama.
Menjaga kualitas rasa, dan kenyamanan pelanggan juga tak kalah penting.
“Kita pun benar-benar dididik, dibimbing bu Rudy. Kalah salah ya dimarahin, beliau sudah (pengusaha) besar, contoh kami. Meskipun saya ponakan, kalau saya kurang betul, ya beliau tegur dan saya lakukan. Suport segala macam,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bu Rudy datang mencicipi semangkuk ronde.
Pengusaha kuliner senior Surabaya itu menyebut sangat senang melihat banyak anak muda yang mau menjalankan usaha.
Terlebih melestarikan makanan tradisional.
Ia memberikan catatan kepada para pengusaha muda untuk tidak sembrono (sembarangan) terutama dalam menjaga kualitas rasa, dan menjaga keramahan saat melayani pelanggan.
“Saya senang kalau ada anak muda berbisnis, tak ajari. Berhubung sek keponakan, tak gembleng selama di sini. Sampai melayani pun tak ajari. Harus grapyak (ramah), ucap terimakasih, iku nggak bondo (mengucap terimakasih itu tidak pakai modal) jadi selalu ucapkan terimakasih. Itu kunci berbisnis dan lestarikan terus makanan tradisional,” ujar Bu Rudy.
Sambut Ekspansi di 2025, Kedai Ciamso Surabaya Sediakan Hadiah Liburan ke Malaysia untuk Pengunjung |
![]() |
---|
Incipi Nikmatnya Souffle Pancake di Cafe Ochako Surabaya, Kue 'Goyang-Goyang' asal Jepang |
![]() |
---|
Menikmati Rujak Cingur Delta Surabaya, Pesan Offline-Online Sama Enaknya! |
![]() |
---|
Re-branding Bisnis 81 Degrees X Eggstop, Crazy Rich Surabayan Melvin Tenggara Sisipkan Misi Sosial |
![]() |
---|
Soto Daging Ucup di Tambak Rejo Surabaya, Cuma Rp 10 Ribu Langsung Bikin 'Kemringet' |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.