Teori Kelahiran Bung Karno di Jombang, 2 Buku Dirujuk Untuk Mengungkap Asal-Usul Sang Proklamator

buku berjudul 'Candradimuka' karya Dian Sukarno, dan 'Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa' yang disusun oleh Prof Nurinwa Ki S Hendrowinoto

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
Facebook Binhad Nurrochmat Jombang
JOMBANG RUMAH SOEKARNO - Warga menunjukkan rumah masa kecil Soekarno atau Bung Karno, proklamator dan Presiden RI pertama di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Kamis (12/6/2025). Jejak sejarah kelahiran Bung Karno itu dikuatkan dua buku. 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Teori dan pembahasan mengenai tempat kelahiran Soekarno atau Bung Karno, antara Blitar, Surabaya dan Jombang terus bergulir.

Yang terbaru mengenai dugaan bahwa sang proklamator itu lahir di Jombang, kembali dipaparkan dengan dukungan sejumlah buku sejarah.

Di antaranya dua buku yang menjadi rujukan dalam jejak sejarah ini, masing-masing buku berjudul 'Candradimuka' karya Dian Sukarno, dan 'Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa' yang disusun oleh Prof Nurinwa Ki S Hendrowinoto dan timnya. 

Kedua buku tersebut memberikan pijakan baru dalam memaknai asal-usul Bung Karno, khususnya mengaitkan kelahirannya di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, pada 6 Juni 1902.

Menurut pemaparan pemerhati sejarah lokal, Arif Yulianto yang akrab disapa Cak Arif, buku 'Ida Ayu Nyoman Rai Ibu Bangsa' memuat dokumen penting berupa surat keputusan penugasan Raden Soekemi Sosrodihardjo, ayah Bung Karno yang menguatkan keberadaan keluarga tersebut di Ploso pada awal abad ke-20.

"Dokumen itu menunjukkan Raden Soekemi bertugas di Ploso sejak 28 Desember 1901, sebelum pindah ke Sidoarjo pada November 1907. Ini memperkuat dugaan bahwa Bung Karno lahir di Ploso," ucap Cak Arif saat dikonfirmasi, Rabu (11/6/2025).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dokumen tulisan tangan Raden Soekeni sendiri mencatat tanggal lahir putranya, Soekarno, pada 6 Juni 1902. “Ketika itu mereka sedang tinggal di Ploso. Ini menjadi data kuat yang selama ini jarang disorot,” tambahnya.

Berbeda dengan otobiografi 'Penjambung Lidah Rakjat' karya Cindy Adams yang terbit tahun 1966, yang menurut Cak Arif, justru mengabaikan keberadaan Ploso dan Sidoarjo dalam kisah masa kecil Bung Karno.

Sementara buku 'Candradimuka' karya Dian Sukarno turut memberikan warna baru dalam penelusuran sejarah Bung Karno, Presiden pertama RI. 

Buku yang diterbitkan pada 2013 itu mengulas peran besar Ndalem Pojok di Kediri, rumah keluarga angkat Bung Karno, dalam perjalanan hidupnya.

“Ndalem Pojok bukan sekadar tempat singgah. Di sana ada kamar-kamar yang digunakan Bung Karno sejak bayi hingga ia menjadi presiden. Bahkan cerita soal siapa yang menggendong Bung Karno saat lahir dan siapa yang mengubur ari-arinya masih dituturkan oleh keturunan keluarga itu,” jelas Cak Arif.

Sementara penulis buku Candradimuka, Dian Sukarno mengisahkan bahwa proses penulisan buku itu memakan waktu delapan bulan dan dimulai sejak 13 tahun lalu. 

Ia merasa beruntung sempat mewawancarai RM.Kusumo Haryono, generasi ketiga Ndalem Pojok dan putra dari RM Sayid Sumodihardjo, adik dari ayah angkat Bung Karno.

“Beliaulah narasumber utama saya. Semua cerita yang ada di buku berasal dari hasil wawancara mendalam dengannya,” ungkap Dian.

Dalam perjalanannya mengumpulkan data, Dian juga harus menjelajah ke berbagai daerah, mulai dari Bali hingga Jawa Barat. Ia bahkan menjalin koneksi dengan sejumlah sejarawan besar, termasuk Prof Peter Carey.

“Semakin terang bahwa Jombang bukan hanya tanah kelahiran tokoh besar, tetapi juga lanskap sejarah yang penuh nilai. Kisah ini menegaskan bahwa setiap sudutnya punya cerita yang layak diungkap,” pungkas Dian.  *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved