Penghargaan PWI Jombang Award 2025 untuk 6 Tokoh, Ini Beragam Ide dan Gebrakannya
PWI Kabupaten Jombang memberikan penghargaan kepada 6 tokoh yang aktif dan masih konsisten dengan ide untuk kemaslahatan umat
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Titis Jati Permata
PWI Jombang memberikan penghargaan kepada KH. Ahmad Masrukh ini bukan tanpa alasan, Pengasuh Ponpes At-Tahdzib, ini punya cara out of the box untuk membuktikan jika pesantren bukan hanya menjadi pusat pendidikan agama, melainkan bisa menjadi motor penggerak ketahanan pangan dan ekonomi umat.
Di bawah asuhannya, Pondok Pesantren At-Tahdzib tidak hanya mendidik santri dalam ilmu agama dan pendidikan formal, namun juga dibekali keterampilan wirausaha.
Salah satunya adalah dengan menyediakan kolam-kolam ikan seperti kolam ikan lele, nila, dan bawal, yang tersebar di lahan pesantren.
Langkah itu menjadi bukti nyata bahwa kerja keras dan ilmu bisa bersinergi untuk menciptakan kemandirian.
Lebih dari itu, pesantren ini berhasil menorehkan prestasi nasional dalam pembibitan lele, dan bahkan menjadi satu-satunya pesantren di Indonesia yang sukses memproduksi ikan bawal secara massal dengan metode pemijahan campur sebuah inovasi yang menandai kemajuan penting dalam budidaya perikanan.
Melalui keteladanannya, apresiasi setinggi-tingginya patut diberikan kepada KH. Ahmad Masrukh atas kontribusinya dalam membangun ketahanan pangan berbasis pesantren. Dan, keteladanan yang beliau tunjukkan semoga menjadi inspirasi bagi pesantren-pesantren lain di seluruh Indonesia.
3. Tokoh Pelestari Tradisi Ketahanan Pangan Berbasis Komunitas
Penghargaan ini diberikan kepada Ibu Arwigati, yang juga Ketua Lumbung Paceklik Dusun Banjarsari, Desa Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Dalam bidang ketahanan pangan, nama Arwigati patut mendapat apresiasi tinggi atas dedikasinya memimpin dan mengembangkan Perkumpulan Kelompok Lumbung Paceklik di Desa/Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang.
Lumbung ini berakar dari inisiatif mulia orangtuanya, Bapak Momot dan Ibu Sopiyah, yang pada tahun 1938 memulai arisan beras tiga cangkir bersama beberapa warga di tengah masa sulit pangan.
Apa yang dimulai sebagai kebersamaan sederhana, kini berkembang menjadi kekuatan kolektif yang menopang ratusan warga.
Di bawah kepemimpinan Arwigati, usaha ini tak hanya bertahan, tetapi tumbuh—mencakup ternak kambing dan berbagai kegiatan ekonomi produktif lainnya.
Tahun demi tahun, anggota bertambah, meluas ke empat dusun: Banjarsari, Tegalsari, Tegalan, dan Kedunggalih.
Sejak berdirinya lumbung secara fisik pada 1968 hingga kini, Arwigati terus menjadi sosok sentral dalam menjaga keberlangsungan dan manfaatnya.
Dengan inventaris gabah mencapai 10 ton dan kas hingga Rp 50 juta, lumbung ini rutin dibongkar saat musim paceklik untuk mencukupi kebutuhan pangan dan operasional musim tanam.
Realisasi PAD Baru 58,8 Persen di September 2025, BPKAD Kota Blitar Genjot Pendapatan dari Pajak |
![]() |
---|
Rahasia Sukses Trading Yang Wajib Diketahui Trader, Belajar Dari Kesalahan |
![]() |
---|
Brand Taksi di Surabaya Jadi Pelanggan Utama BBG di SPBG PGN di Ngagel |
![]() |
---|
Duduk Perkara Perempuan Lulusan SMA Di Bantul Praktik Dokter, Tipu Pasien Ratusan Juta |
![]() |
---|
Tawarkan Pilihan Baru bagi Pelanggan, Smartfren Perluas Jangkauan di Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.