Berita Viral

Terima Banyak Kritik, Dedi Mulyadi Tetap Akan Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer Gelombang 2

Terima Banyak Kritik, Dedi Mulyadi Tetap Akan Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer Gelombang 2 

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
Kolase tangkap layar Kang Dedi Mulyadi Channel
Foto Gubenur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat mengunjungi siswa di barak militer. 

SURYA.CO.ID – Meski menuai banyak kritik dari berbagai pihak, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tetap akan mengirim siswa nakal atau bermasalah ke barak militer  

Malahan, kali ini Dedi Mulyadi akan mengirim siswa berprestasi dan pemimpin di sekolah untuk mendapat kesempatan yang sama. 

"Nanti para ketua OSIS, anak-anak pintar di sekolahnya, dikirim, ikut latihan dasar kepemimpinan," kata Dedi Mulyadi

Menurut Dedi Mulyadi, hasil evaluasi awal menunjukkan bahwa program pendidikan karakter berbasis barak militer memberi dampak positif. Karena itu, ia merasa program ini perlu diperluas. 

Gelombang kedua pun sedang dipersiapkan. Pemerintah Kabupaten Purwakarta melalui Dinas Pendidikan telah menyatakan dukungan. 

Baca juga: Tanda Tangan Jokowi di Kertas SPP UGM Jadi Sorotan, Berbeda saat Jadi Presiden Ada Angka 1681

Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta, Purwanto, mengatakan gelombang kedua akan digelar usai ujian kelas 7 dan 8 tingkat SMP. 

“Setelah ujian kelas 7 dan 8, kita akan melihat daftar pendaftar dan bersiap melanjutkan program ini,” ucap Purwanto. 

Siswa yang sebelumnya mengikuti pendidikan selama dua pekan di Resimen Armed 1/Sthira Yudha, Purwakarta, kini telah kembali ke rumah masing-masing. Mereka kini memasuki masa pemantauan intensif oleh tim yang ditunjuk di sekolah. 

Banjir Kritik, Tapi Tetap Jalan Terus 

Diketahui, program pendidikan karakter yang dibuat Dedi Mulyadi tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Barat Nomor 43/PK.03.04/Kesra.  

Program ini menyasar peserta didik dengan perilaku khusus, seperti tawuran, merokok, mabuk, hingga penggunaan knalpot brong. 

Tujuannya untuk meningkatkan kedisiplinan pelajar dan dapat berubah menjadi anak yang lebih baik. 

Selain itu, juga untuk memperkuat karakter bela negara pada siswa, khususnya mereka yang terseret dalam pergaulan bebas atau terindikasi melakukan tindakan kriminal. 

Pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melontarkan pernyataan keras mengenai program pendidikan karakter tersebut. 

KPAI menilai, pendekatan militeristik dalam dunia pendidikan dapat berpotensi melanggar prinsip hak anak. 

Apalagi, pelajar yang dikirim ke barak militer tidak melalui asesmen dari psikolog profesional. 

Berdasarkan temuan KPAI, pemilihan peserta program hanya berdasarkan rekomendasi guru bimbingan konseling (BK). 

Temuan lain, metode pembelajaran di barak militer tidak seragam, pencampuran jenjang dan kelas dalam proses belajar, serta kegiatan fisik berlebihan. 

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) juga menganggap program yang digagas Dedi Mulyadi itu tidak memiliki dasar psikologis yang jelas serta berpotensi melanggar hak anak. 

Mereka menilai pendidikan militer bukan satu-satunya cara membina siswa. 

FSGI pun mendesak Mendikdasmen Abdul Mu’ti segera menghentikan program pengiriman siswa bermasalah ke barak militer di Jawa Barat.

Meski mendapat banyak penolakan, Dedi Mulyadi atau akrab disapa KDM, tetap akan melanjutkan program ini. 

Baginya, program pendidikan karakter telah membuat peserta didik menjadi lebih patuh dan nasionalis. 

Ia juga mengklaim, program yang telah diluncurkan sejak awal Mei itu efektif menekan angka kenakalan remaja. 

Ia mencontohkan para pelajar yang rampung menjalani pendidikan militer di Dodik Bela Negara, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. 

Menurutnya momen pertemuan antara pelajar dan orangtua yang penuh isak tangis telah menjadi bukti keberhasilan program. 

"Siapa sih yang tidak terharu, orangtua bertemu anaknya saat anaknya sudah berubah," ujar KDM, dikutip dari Kompas.com. 

Meski demikian, KDM juga tidak menolak untuk melakukan sejumlah evaluasi karena diakui masih belum sempurna. 

Ia mengungkapkan permohonan maaf terkait pelaksanaan program pendidikan karakter yang dianggapnya masih banyak kekurangan. 

"Awal tidak pernah ada sempurna, pasti ada kurangnya," ujar Dedi Mulyadi

Kendati demikian, ia tetap optimis kekurangan tersebut masih bisa terus diperbaiki dan tak menutup kemungkinan nantinya bisa disempurnakan. 

"Tidak ada kesempurnaan dalam sebuah kegiatan, tetapi kesempurnaan hanya akan lahir dengan kita mau bekerja dan terus mau memperbaiki diri," tambah Dedi Mulyadi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved