Berita Viral

Desak Dedi Mulyadi Berhenti Kirim Siswa ke Barak, KPAI Mengaku Punya Alasan Kuat

Desak Dedi Mulyadi Berhenti Kirim Siswa ke Barak, KPAI Mengaku Punya Alasan Kuat

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
TribunJabar.com/Hilman Kamaludin
Foto Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi, pencetus program kirim siswa atau anak nakal dan bermasalah ke barak militer. 

SURYA.CO.ID – Program pengiriman siswa bermasalah ke barak militer yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menuai sorotan tajam Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

KPAI secara tegas meminta program Dedi Mulyadi itu dihentikan sementara. 

Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra, menyatakan program Dedi Mulyadi harus dievaluasi lebih dulu, terutama soal dampaknya terhadap anak-anak. 

“Kami sudah menyampaikan hasil pengawasan kemarin kepada pemerintah daerah. Dan hasil pengawasan kita itu pertama agar program ini untuk sementara dihentikan, sampai dilakukan evaluasi terutama terkait regulasi,” ujar Jasra, Senin (26/5/2025) dikutip dari Kompas.com

Baca juga: Terima Banyak Kritik, Dedi Mulyadi Tetap Akan Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer Gelombang 2

Menurut KPAI, program Dedi Mulyadi berisiko melanggar hak anak. 

Jasra menyoroti penggunaan istilah “anak nakal” dalam surat edaran Gubernur Dedi Mulyadi. Istilah tersebut dianggap tidak sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak. 

“Karena dalam surat edaran Pak Gubernur itu kan berpotensi melanggar hak anak. Terutama labeling dan non-diskriminasi. Karena penyebutan anak-anak nakal dan seterusnya itu tidak kita kenal dalam UU Perlindungan Anak, yang ada adalah anak-anak dalam perlindungan khusus,” kata Jasra. 

KPAI juga menyoroti metode pelatihan di barak militer yang dianggap tidak ramah anak. 

Pelatihan bergaya militer tidak cocok diterapkan kepada anak-anak, karena pendekatannya sangat berbeda dengan dunia pendidikan. 

Ia menambahkan pentingnya pendekatan yang mengedepankan etika dalam berinteraksi dengan anak. 

“Bagaimana etika berhadapan dengan anak, bagaimana berkomunikasi dengan anak, bagaimana memahami anak adalah anak. Nah, itu yang perlu perspektif ini yang perlu kita dorong,” sambung dia. 

KPAI mengaku masih memantau dampak program tersebut, salah satunya lewat video yang beredar. 

Meski terlihat ada perubahan perilaku siswa, KPAI ingin memastikan efeknya benar-benar positif dan berkelanjutan. 

“Karena satu angkatan ini sudah jalan, kami ingin evaluasi dari perubahan pelaku anak ini. Apakah ada dampak positif atau tidak,” ujar Jasra. 

“Yang baru kami pantau kan baru dari video-video yang ada, anaknya sudah patuh, anaknya tidak bolos sekolah, dan sebagainya. Nah, harapannya seperti itu. Tapi apakah itu tetap bertahan? Nah, ini yang tentu yang menjadikan tangan kita ke depan,” pungkas dia. 

Dedi Mulyadi Percaya Bawa Perubahan

Sementara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mengklaim program pendidikan militer di barak yang diwujudkannya ampuh. 

Ia menilai perndidikan sekolah kebangsaan atau pendidikan karakter di Barak Militer itu bisa membuahkan hasil mengatasi anak nakal dan yang bermasalah. 

"Dengan pola pendidikan sekolah kebangsaan, orang nyebutnya Barak Militer, baik-baik itu anak ternyata 14 hari," kata Dedi Mulyadi dikutip dari unggahannya, Minggu (25/5/2025). 

"Semalam sebagian dipertemukan dengan psikolognya, ternyata bisa kalau kita melangkah, kalau pemerintah bertindak bisa mengatasi," sambung Dedi Mulyadi

Meski begitu, Dedi Mulyadi mengingatkan bahwa tindakannya ini meski dinilai orang sebagai gebrakan yang baik, perjalanannya belum tentu mulus. 

Karena belum tentu program ini mendapat penilaian baik oleh semua orang. 

"Tapi ingat berbuat baik di Indonesia belum tentu kita mendapat penilaian baik," kata pria yang kerap disapa Kang Dedi Mulyadi atau KDM tersebut. 

Dedi pun menyentil pihak yang mengkritik program siswa masuk Barak Militer tersebut. 

Meskipun Dedi tidak menyebutkan jelas siapa yang dia maksud. 

Dia menjelaskan bahwa ada pengamat yang datang meninjau Barak Militer siswa. 

Lalu diumumkan di TV bahwa ada siswa di Barak Militer yang jatuh sakit. 

"Ada orang menjadi pengamat berkunjung ke barak ada yang sakit bukan dibawa ke dokter, diumumin di TV," katanya, 

"Itu ada yang sakit, anda bilangin ke pelatih !, kan dokter ada," ujarnya. 

Seharusnya, kata Dedi, segera tolong atau laporkan ke petugas kesehatan. 

"Naha ari Euceu ?, Euceu sekolah jadi dokter cuma bisa gitu aja, padahal digaji sama negara," ujarnya. 

"Yang sakit mah cepat tolongin, Iroh !, bukan diumumin di TV," sambung Dedi. 

Dedi menjelaskan alasan kenapa dia menceritakan hal tersebut. 

Dia khawatir ke depan pejabat menjadi takut membuat gebrakan sehingga ketika ada masalah di masyarakat cuma bisa dibiarkan. 

"Kenapa saya ngomong seperti ini ?, karena nanti akan ada pemimpin-pemimpin yang tidak berani mengambil tindakan karena takut, ada risiko. Akibatnya, dibiarkan," ungkap Dedi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved