25 Tahun Bak Tempati Gubuk Derita Yang Nyaris Ambruk, Pasutri Jember Dapat Bantuan Renovasi TMMD

"Bantuan itu bisa membantu memenuhi biaya hidup. Karen pendapatan tukang gergaji tidak ada setiap hari ada," tutur Joko.

Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Deddy Humana
surya/imam nahwawi (imamNahwawi)
TIDAK LAYAK HUNI - Joko dan Siti Romla tinggal di rumahnya yang tidak layak huni di Dusun Curahlembu, Desa Plalangan, Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember. Selama puluhan tahun mereka menempati rumah dengan kondisi memprihatinkan itu. 

SURYA.CO.ID, JEMBER - Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 di Kabupaten Jember tahun ini mengungkap masih banyak keluarga miskin di Kota Tembakau itu.

Salah satunya adalah pasangan suami istri (pasutri) Joko (51) dan Siti Romla (52), yang puluhan tahun menempati rumah reyot di Dusun Curahlembu, Desa Plalangan, Kecamatan Kalisat.

Seperti gubuk derita, pasutri ini memang hidup di bawah garis kemiskinan. Selain pekerjaan tidak tetap, mereka tinggal di rumah yang reyot dengan dinding gedhek alias anyaman bambu yang sudah berlobang-lobang selama 25 tahun.

Joko hanya bekerja sebagai tukang gergaji keliling, sementara Siti menjadi buruh pabrik di penggilingan beras di kawasan Kalisat. Pendapatan keduanya selama ini hanya cukup untuk makan saja.

SURYA yang menemui rumah pasutri itu, Senin (12/5/2025), disambut kondisi yang memprihatinkan. Terlihat dinding rumah banyak yang bolong atau tipis sehingga dari dalam bisa menerawang keluar sampai jauh.

Selain itu, banyak kayu penahan genteng rumah mereka keropos, mengakibatkan atap tempat tinggal ini rawan ambrol. Bukan hanya reyot, saat melihat ke bawah ternyata lantai rumah itu juga masih berupa tanah.

"Rumah ini ditempati empat orang, saya, istri dan dua anak. Tetapi sekarang jadi tiga orang, karena anak sulung sudah menikah dan punya rumah sendiri," ujar Joko.

Menurut Joko, aktifitas keluarga selama puluhan tahun tinggal di rumah ini tergolong normal, sebab sudah bisa menjalani kehidupan seperti ini. "Biasa saja, waktu kerja ya kerja. Kalau keinginan, ya ingin punya hunian yang layak, gitu," ucap Joko.

Namun penghasilan dari tukang gergaji keliling, kata Joko, tidak cukup untuk biaya renovasi rumah.

"Penghasilan tukang gergaji tidak menentu, sekali gergaji Rp 80.000. Itu juga tidak setiap hari karena menunggu permintaan orang," ucapnya.

Joko mengatakan, rumahnya juga selalu bocor ketika hujan lebat. Hal ini mengakibatkan aktifitas keluarga terganggu.

"Kami harus mencari wadah untuk menampung air bocor tersebut, agar rumah tidak becek," tambahnya.

Tidak ketinggalan dinding rumah dari gedhek sudah tidak bisa tahan lama. Joko menuturkan, setiap tahun harus diganti gedhek baru.

"Kalau tidak diganti ya jebol kayak gini bahkan kucing pun bisa masuk," ucap Joko seraya menunjuk lubang di dinding rumahnya.

Tetapi tahun ini keluarga Joko masih mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah, yang bisa meringankan biaya sekolah anak.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved