Berita Viral

Tangisan Agus Ayah Aura Cinta usai Anaknya Berani Debat Dedi Mulyadi, Ungkap Kondisi Sebenarnya

Terungkap kondisi sebenarnya Aura Cinta, gadis yang berani mendebat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel/TRANS7
DEBAT SENGIT - Aura Cinta (kiri), korban penggusuran yang menentang kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melarang wisuda. Ayahnya sedih melihat kondisi putrinya setelah viral 

SURYA.CO.ID - Terungkap kondisi sebenarnya Aura Cinta, gadis yang berani mendebat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi

Ternyata, Aura Cinta kena mental setelah videonya memprotes kebijakan Dedi Mulyadi, satu di antaranya larangan wisuda.

Aura Cinta mengaku sedih saat ada warganet semakin brutal menyerang dirinya.

"Waktu itu sempat down banget karena dari kalimat-kalimatnya itu kan enggak memungkinkan buat diucapkan secara langsung."

"Kayak kalimat-kalimat kotor, kalimat yang ngatain secara fisik atau apapun itu, yang bikin mental down."

"Apalagi diserang di semua social media, Youtube, Instagram, TikTok, email juga, itu banyak," ungkap Aura Cinta, dikutip SURYA.CO.ID dari TribunnewsBogor.com.

Diakui Aura, ia tidak pernah berniat untuk berdebat dengan Gubernur Jabar seraya membahas soal wisuda.

Padahal kata Aura, dirinya mengira hanya akan membahas perihal kasus penggusuran rumahnya.

"Oh waktu itu awalnya datang ke sana diundang, saya pikir bakal ngebahas soal penggusuran."

"Enggak tahunya malah ditembak ke masalah wisuda. Dan itu aku enggak ada, enggak tahu topiknya bakal ke wisuda," ujar Aura.

Kondisi tersebut juga membuat orang tua Aura Cita sedih. Bahkan, ayahnya sampai menangis.

Agus, ayah Aura Cinta, mengaku menyesal setelah sekeluarganya menghadiri undangan dari Dedi Mulyadi.

Terlebih sebelum berangkat, Agus mengaku dirinya yang membujuk Aura agar menemui Dedi Mulyadi.

"Enggak ikhlas kita. Kalau suruh milih ya mendingan enggak usah (datang)."

"Itu terus terang sebagai orang tuanya, saya menyesal sekali kenapa di hari itu, Aura saya bujuk untuk menemui bapak Gubernur," ujar Agus dalam tayangan XPOSE UNCENCORED Trans 7,

Sembari menangis, Agus juga mengaku sempat ditegur sang putri setelah insiden debat dengan Dedi Mulyadi.

Baca juga: Usai Aura Cinta, Muncul Haifa Siswi SD Curhat ke Dedi Mulyadi Sekolahnya Mirip Kontrakan, Ini Doanya

Kala itu Aura Cinta kecewa kenapa sang ayah tak membelanya di depan Gubernur Jabar.

"Aura bilang ke saya 'Pah, kenapa tadi enggak bela Aura?'. Saya merasa kasihan."

"Saya sebagai orang tua, ayahnya kok tidak bisa menyampaikan sesuatu, hanya diam di situ," ujar Agus sambil berurai air mata.

Pertemuan Aura Cinta dan Dedi Mulyadi

Sementara dalam pertemuan yang diunggah di YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel pada Sabtu (26/4/2025), siswi itu, yang baru saja lulus SMA, menyampaikan keinginannya agar tetap ada acara perpisahan. 

"Kalau misalnya bisa, wisuda pengeluarannya lebih sedikit. Biar adil, Pak, semua murid bisa ngerasain perpisahan," ujar si gadis.

Namun Dedi mengingatkan, selama ini pelaksanaan perpisahan di sekolah seringkali membebani orang tua murid, bahkan ada yang sampai harus berutang untuk menutupi biaya acara maupun study tour.

Siswi tersebut pun mengakui bahwa biaya perpisahan cukup memberatkan keluarganya, tapi tetap berpendapat acara itu penting agar semua siswa bisa merasakan momen kelulusan.

"Ngerasain perpisahan, duit dari siapa?" tanya Dedi.

"Orang tua," jawab Aura.

"Membebani nggak?" lanjut Dedi. 

"Iya membebani, Pak. (Tapi) kan ada juga yang cuma lulusan SD, SMP, atau SMA," jawabnya.

Saat Dedi meminta rincian biaya perpisahan saat SMP, si gadis menyebut nominal sekitar Rp1 juta.

Padahal, dari pengakuan sang ibu yang duduk di sampingnya, kondisi ekonomi keluarga jauh dari kata mapan.

Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga, sementara ayahnya berjualan botol kaca untuk bensin eceran.

"Waktu (SMP) itu (bayar sekitar) Rp1 juta doang, Rp1,2 juta," kata si gadis.

"Ibuknya kerja apa? Ayahnya kerja apa?" tanya Dedi.

"(Saya) ibu rumah tangga. (Ayahnya) wiraswasta, dagang. Dagang botol-botol (untuk) bensin (eceran)," jelas ibunya. 

Meski penghasilan pas-pasan, sang ibu tetap rela mengeluarkan uang demi perpisahan agar anaknya punya kenangan bersama teman-temannya.

Ia mengaku lebih memilih menghabiskan uang untuk acara itu daripada menabung untuk membeli rumah. 

"Ibu lebih setuju mana? Perpisahan tapi bayar, atau perpisahan dilarang, nggak ngeluarin duit?" tanya Dedi.

"Kalau buat mental anak, setuju yang bayar. Kalau nggak ada kenangan, kan ini," sahut sang ibu.

Dedi yang mendengar jawaban itu langsung menyinggung pilihan hidup keluarga tersebut.

"Ibu rumah aja ga punya?" sindir Dedi. 

"Iya, tapi kalau demi anak saya sih nggak apa-apa, Pak," jawab si ibu.

Dedi kemudian mengingatkan, sebagai orang tua, mestinya mereka lebih memprioritaskan kebutuhan dasar seperti tempat tinggal yang layak, ketimbang membiayai gaya hidup.

"Demi anak jangan tinggal di bantaran sungai. Ibu tinggal aja masih di bantaran sungai, kenapa gaya hidup begini (selangit)?" kata Dedi sambil mengangkat tangan ke atas.

"Ini kan harus diubah," tegasnya.

Saat Dedi Mulyadi mengancam tidak akan memberikan bantuan Rp 10 juta untuk keluarga ini, sang ibu lalu mengaku biskin.

"Sekarang teriak-teriak minta penggantian, saya kalau tega-tegaan saya layak ganti gak ? tanah tanah negara, kebutuhan untuk rakyat, proyek kabupaten (Bekasi), terus kemudian saya ngapain ngeluarin uang Rp 10 juta buat ibu, udah kasihin orang miskin aja yang lain," kata Dedi Mulyadi.

"Saya juga miskin," timpal ibu Aura yang merupakan asli Solo, Jawa Tengah.

"Kenapa miskin gayanya kayak orang kaya," kata Dedi Mulyadi.

Dedi mengatakan dengan gaya Aura yang sinis mengkritik kebijakan larangan perpisahan sekolah, seharusnya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi.

"Anak ibu kalau modelnya begini gak bisa. Kan harus dibenerin, rumah gak punya, sekarang ngontrak udah punya ?" tanya KDM.

"Udah nyicil berapa bulan," katanya.

Dedi Mulyadi menganggap keluarga Aura masuk dalam kategori mampu.

"Udah saya gak usah bantu ibu deh. Karena ibu mapan, orang sekolah aja pengen ada wisuda, berarti kan punya kemampuan. Saya gak usah bantu yah," kata Dedi Mulyadi.

Mendengar tak akan dapat uang kerohiman dari Dedi Mulyadi, Aura Cinta langsung bersuara.

"Gak gitu pak, waktu bikin video TikTok bukan untuk minta kerohiman. Saya cuma minta keadilan aja. Waktu digusur itu gak ada musyawarah cuma ada stapol pp datang," kata Aura.

Dedi Mulyadi pun mengatakan bagaimana jika kondisinya diballik.

"Saya balik pertanyaannya, tinggal di tanah orang harus bayar gak ? kalau saya balik nuntut pemdanya suruh minta tagihan dihitung berapa tahun ke belakang bayar tipa tahun," kata KDM.

Aura justru memintta Dedi melihat latar belakang ekonomi keluarganya.

"Ya bapak kan bisa lihat latar belakang saya miskin atau gak terus mampu bayar apa gak," kata Aura.

"Kamu miskin gak ?" tanya Dedi Mulyadi.

"iya, saya mengakui," kata Aura.

"Kenapa miskin hidup bergaya sekolah harus perpisahan. Kamu kan miskin kenapa orang miskin gak prihatin," kata Dedi.

Aura menjelaskan ia hanya meminta kebijakan agar perpisahan sekolah tetap diizinkan karena tidak semua setuju.

"Gini pak mohon maaf ya pak saya bukan menolak kebijakan bapak apapun itu saya mendukung cuma jangan dihapus pak gak semua orang bisa menerima terus kalau misal wisuda dihapus terus bapaknya juga minta pajak ke saya padahal saya miskin," kata Aura.

Mendengar itu, Dedi Mulyadi pun memberi jawaban pedas.

"Bukan minta pajak. Saya balik, anda miskin tapi jangan sok kaya. Orang miskin tuh prihatin membangun masa depan seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk yang positif, bisnis, pengembangan diri. Lah ini rumah gak punya, tinggal di bantaran sungai. Orang tua yang lain itu menyambut gembira ketika wisuda dihapus, keluarga ini menolak wisuda dihapus, ya kalau gitu saya gak usah kasih kerohiman," kata KDM.

Ibu Aura Cinta juga mengaku membutuhkan uang kerohiman itu untuk membayar kontrakan.

"Perlu uang gak ? kalau ibu buat ngontrak aja gak punya, ngapain protes wisuda harus ada. Kan logika harus ada, hidup tuh jangan sombong. Ibu buat ngontrak aja gak punya, tapi ibu merasa wisuda lebih penting."

"Lebih penting mana kontrakan untuk tempat tinggal apa wisuda ? Anda teriak-teriak gak punya untuk ngontrak tapi satu sisi anaknya protes harus ada wisuda, saya kan pusing dengerinnya," kata Dedi Mulyadi

 

 

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved