Ajak Warga Tingkatkan Mitigasi Bencana, ITS Surabaya: agar Tragedi Longsor Pacet-Cangar Tak Terulang

ITS Surabaya mengajak masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan mitigasi bencana menghadapi potensi tanah longsor

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
sulvi sofiana/surya.co.id
MITIGASI BENCANA - Ir Firman Syaifuddin SSi MT menunjukkan lokasi daerah jalur Pacet-Cangar (layar di belakang) yang mengalami longsor. Salah satu pakar dari Departemen Teknik Geofisika ITS ini mengingatkan masyarakat tentang pentingnya mengetahui mitigasi bencana sebagai kewaspadaan. 

SURYA.co.id | SURABAYA — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengajak masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan mitigasi bencana atau pemahaman serta kesiapsiagaan menghadapi potensi tanah longsor, khususnya di kawasan rawan seperti lereng pegunungan.

Hal ini diperlukan pasca bencana longsor Pacet–Cangar yang merenggut 10 korban jiwa pada awal April lalu.

Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS Surabaya, Ir Firman Syaifuddin SSi MT, menjelaskan bahwa longsor bisa terjadi kapan saja ketika kondisi lereng tidak mampu menahan beban tanah yang terus bertambah akibat hujan deras.

“Curah hujan tinggi menambah beban tanah dan meningkatkan tekanan air pori di dalamnya. Bila kekuatan lereng tak lagi cukup, longsor pun terjadi,” paparnya.

Menurut Firman, salah satu contoh nyata terjadi di jalur Pacet–Cangar pada 3 April lalu.

Longsor yang menutup jalur tersebut dipicu oleh hujan ekstrem dan tersumbatnya saluran irigasi akibat pohon tumbang.

Sumbatan ini menciptakan bendungan alami yang menahan air, lalu merembes ke bawah dan membuat struktur tanah runtuh.

Firman menekankan bahwa bencana seperti ini bisa dicegah dengan langkah-langkah mitigasi bencana yang tepat, salah satunya adalah dengan pemetaan wilayah rawan longsor yang lebih detail dan pemeliharaan infrastruktur seperti saluran irigasi serta drainase.

“ITS bersama BPBD Jawa Timur tengah menyusun peta kerentanan gerakan tanah untuk mendukung langkah mitigasi ini,” ujarnya.

Tak hanya pemerintah, masyarakat juga diminta untuk lebih waspada. Firman menyarankan agar warga mengenali tanda-tanda awal longsor, seperti retakan tanah, pohon yang mulai miring, atau suara gemuruh di dalam tanah.

“Mitigasi bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal kesadaran dan edukasi,” tegasnya.

BMKG sendiri sebelumnya telah memperingatkan potensi cuaca ekstrem di Jawa Timur pada periode 3–12 April, yang terbukti memicu sejumlah bencana, termasuk longsor.

Firman mengingatkan dengan perubahan iklim yang semakin tidak menentu, bencana hidrometeorologi seperti longsor bisa menjadi lebih sering dan tak terduga.

“Kalau kita tidak meningkatkan mitigasi dari sekarang, bencana seperti di Pacet bisa terus terulang di tempat lain,” pungkas Firman.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved