Halalbihalal Sahabat UMKM Tulungagung, Merespons Situasi Ekonomi yang Kurang Menguntungkan

Sahabat UMKM Tulungagung, merupakan wadah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Tulungagung, Jatim, untuk berkomunikasi dan saling membantu.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
HALALBIHALAL - Para pelaku usaha yang bergabung dalam Sahabat UMKM Tulungagung menggelar halalbihalal di Taman Wida Wati Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (12/4/2025). Para pelaku UMKM ini menekankan inovasi produk untuk menghadapi situasi ekonomi nasional yang kurang menguntungkan. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Para pelaku usaha yang bergabung dalam Sahabat UMKM Tulungagung menggelar halal bihalal di Taman Wida Wati Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (12/4/2025).

Sahabat UMKM Tulungagung, merupakan wadah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah di Kabupaten Tulungagung untuk berkomunikasi dan saling membantu.

Menurut sekretaris Sahabat UMKM Tulungagung, Titalina, saat ini terdata 786 orang yang mempunyai Kartu Tanda Anggota (KTA).

"Ada sekitar 800 orang yang mendaftar, 786 di antaranya sudah punya KTA. Hanya hari ini yang datang sekitar 50 orang," ujar Tita, panggilan akrabnya.

Menurutnya, saat ini kondisi UMKM memang tengah tertekan karena situasi ekonomi secara nasional.

Namun, anggota Sahabat UMKM Tulungagung sampai saat ini masih bisa  bertahan.

Salah satunya, dukungan dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro yang mencarikan tempat berjualan.

"Salah satunya adalah tempat berjualan di arena Car Free Day. Itu sangat membantu banyak anggota kami dari keterpurukan," ungkap Tita.

Saat Bulan Ramadan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung juga mencarikan tempat berjualan.

Akhirnya, dipilih Jalan WR Supratman dipilih menjadi lokasi jualan dengan nama Sentra Aneka Variasi Takjil Nusantara (Savana).

Sama seperti arena Car Free Day, Savana juga menjadi tumpuan para pelaku usaha makanan dan minuman selama bulan puasa.

"Situasi saat ini, justru mendorong teman-teman untuk berusaha terus berinovasi. Tidak mungkin menghadapi situasi saat ini dengan cara monoton," tegas Tita.

Salah satu yang banyak dilakukan anggota Sahabat UMKM Tulungagung, merambah market place.

Mereka mulai banyak yang mengandalkan penjualan secara daring.

Di saat pasar lokal semakin menyusut daya belinya, maka strategi yang dilakukan memperluas jangkauan pasar.

"Kami banyak belajar, market place memangkas ruang dan waktu. Memperluas pasar sehingga tidak monoton," katanya.

Inovasi juga dilakukan dengan memperbanyak varian produk.

Tita mencontohkan, produsen keripik sekarang tidak bisa bertumpu hanya pada 1 produk saja.

Banyaknya varian produk, membuat peluang terserap pasar lebih besar dibanding mengandalkan 1 produk.

"Misalnya dulu hanya membuat keripik pisang, lama-lama orang bosan juga. Sekarang varian semakin banyak, seperti keripik lompong (gagang talas hijau)," ucapnya.

Tantangan paling besar justru pada produk makanan siap saji, atau pelaku usaha kuliner.

Masih menurut Tita, banyak outlet yang tutup karena persaingan yang semakin ketat.

Meski demikian, menurutnya para pelaku usaha makanan siap saji ini sangat tangguh menghadapi persaingan.

Mereka dengan cepat melakukan perubahan produk, dan cepat buka outlet baru dengan jenis produk yang berbeda.

"Misalnya jeruk peras, banyak outlet yang tutup karena sudah tidak ngetren lagi. Sebentar kemudian ganti produk, misalnya seperti es teler," pungkas Tita.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved