Waspadai Microsleep saat Berkendara Jauh untuk Mudik Lebaran 2025, Ini Tanda dan Cara Mengatasinya

Microsleep dapat terjadi berulang meskipun seseorang sudah beristirahat sejenak.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
Shutterstock/rbkomar via Kompas.com
MICROSLEEP - Ilustrasi ketiduran sejenak atau microsleep saat berkendara. Dosen Disaster dan Emergency Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Agung Wijaya, mengingatkan pentingnya mengenali bahaya microsleep saat masyarakat melakukan perjalanan jarak jauh untuk mudik Lebaran 2025. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Bagi pemudik yang menempuh perjalanan jauh untuk mudik Lebaran 2025 dengan kendaraan pribadi, kesiapan fisik sama pentingnya dengan kondisi kendaraan.

Dosen Disaster dan Emergency Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Agung Wijaya, mengingatkan pentingnya mengenali bahaya microsleep, salah satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas.

"Microsleep adalah kondisi di mana seseorang mengalami kantuk ekstrem dan tiba-tiba tertidur dalam hitungan detik tanpa sadar. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama bagi pengemudi kendaraan, karena bisa terjadi meskipun mata masih terbuka," ujar Agung, Selasa (25/3/2025).

Microsleep dapat terjadi berulang meskipun seseorang sudah beristirahat sejenak.

Beberapa tanda-tandanya antara lain pandangan kosong terutama di jalan lengang atau tol, respon lambat terhadap kondisi sekitar, serta tidak mengingat beberapa menit terakhir perjalanan.

Selain itu, tubuh dapat tersentak tiba-tiba atau mengalami hypnic jerk, mata terasa perih, kemudi terasa tidak stabil, kendaraan berjalan zig-zag atau condong ke satu sisi, serta kecepatan kendaraan yang tidak stabil.

Untuk mencegah microsleep, pengemudi perlu memastikan tubuh dalam kondisi prima sebelum berkendara.

Tidur cukup sebelum perjalanan dan konsumsi makanan bernutrisi sangat dianjurkan.

Hindari berkendara saat merasa lelah atau sakit.

"Jika pengemudi sudah mulai merasa kantuk atau tidak fokus, sebaiknya segera mencari tempat aman untuk beristirahat. Jangan memaksakan diri untuk terus mengemudi, karena risikonya sangat besar," tegas Agung.

Riset menunjukkan bahwa istirahat atau tidur sejenak selama 10 menit atau lebih dapat mengurangi risiko kecelakaan akibat kelelahan.

Disarankan untuk berhenti dan beristirahat setiap tiga hingga maksimal empat jam saat mengemudi.

Jika mengacu pada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 90 Ayat (3) menyebutkan bahwa pengemudi kendaraan bermotor umum wajib istirahat selama setengah jam setelah berkendara selama empat jam berturut-turut.

"Ketika mengalami microsleep, sebaiknya segera menuju rest area atau tempat istirahat terdekat. Istirahat selama 20–30 menit dapat membantu tubuh kembali segar," lanjutnya.

Selain itu, peregangan diperlukan agar otot-otot yang kaku bisa lebih rileks dan sirkulasi darah kembali lancar.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved