Berita Viral

Kisah Ipda Rahmatullah, Polisi Dirikan Sekolah Gratis dan Rela Pakai Uang Pribadi untuk Gaji Guru

Ipda Rahmatullah, polisi di Cirebon, Jawa Barat, mendirikan sekolah gratis untuk anak tak mampu. Bahkan, ia rela pakai uang pribadi untuk gaji guru.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
Kolase Tribun Cirebon/Eki Yulianto
KUNJUNGAN WAKAPOLRESTA CIREBON - Sekolah Yayasan Akbar Bintang Rahmatullah di Jalan Nyi Ageng Serang RT 3/1, Blok Bunut, Desa Sindang, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon yang didirikan oleh Ipda Rahmatullah, dikunjungi Wakapolresta Cirebon, AKBP Imara Utama, Kamis (20/2/2025) 

SURYA.CO.ID - Ipda Rahmatullah, anggota polisi di Cirebon, Jawa Barat, membuktikan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan. 

Dia mendirikan sekolah jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) gratis bagi anak-anak kurang mampu di Kabupaten Cirebon.

SDIT Bintang Rahmatullah dan SMPIT Bintang Rahmatullah berada di bawah naungan Yayasan Akbar Bintang Rahmatullah.

Sekolah ini berlokasi di Jalan Nyi Ageng Serang RT 3/1, Blok Bunut, Desa Sindang, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.

"Mudah-mudahan ada banyak siswa yang tadinya putus sekolah karena kekurangan biaya atau tidak mampu bisa bersekolah di sini," ujar Rahmatullah, Kamis (20/2/2025), dikutip SURYA.CO.ID dari Tribun Cirebon.

Saat ini, sekolah tersebut telah memiliki 60 murid SD dari kelas I hingga kelas III, serta 40 murid SMP.

Bukan hanya SPP, yayasan juga menyediakan seragam dan buku pelajaran bagi siswa yang tidak mampu membelinya sendiri.

"Kami dari yayasan telah menyediakan semuanya, baik itu seragam maupun buku paket."

"Kalau ada yang mampu beli sendiri silakan, tapi untuk SPP kami gratiskan semuanya," ucap pria yang bertugas sebagai Kanit Reskrim Polsek Pabedilan, Polresta Cirebon.

Baca juga: Rekam Jejak Yana D Putra, Wakil Bupati Ciamis Gagal Dilantik Prabowo karena Wafat Serangan Jantung

Sementara gaji para guru di sekolah ini sebagian besar berasal dari dana BOS dan bantuan pemerintah.

Namun, Rahmatullah juga menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu penggajian guru.

Ia mengungkapkan bahwa keprihatinannya terhadap banyaknya anak-anak yang putus sekolah pada 2019 menjadi alasan utama ia mendirikan sekolah tersebut.

"Saat itu banyak anak-anak yang putus sekolah karena tidak punya uang."

"Dari situ, saya berniat membuka sekolah formal, baik SD maupun SMP, supaya program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah bisa berjalan maksimal," jelas dia.

Sejak berdiri tiga tahun lalu, sekolah ini telah berkembang sesuai dengan program yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved