Mitos atau Fakta Angkat Beban Bikin Lambat Tumbuh Kembang Anak, Begini Penjelasan Dokter
Spesialis Rehabilitasi Medis dr Jonathan Wibisono menyebut, angkat beban bagi anak-anak tidak menghambat pertumbuhan alias bikin pendek.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Spesialis Rehabilitasi Medis dr Jonathan Wibisono menyebut, angkat beban bagi anak-anak tidak menghambat pertumbuhan alias bikin pendek.
Latihan angkat beban, disebutnya justru dapat membantu tumbuh kembang anak.
Sebab, kesehatan tulang anak-anak sangat terpengaruh oleh latihan beban.
Baca juga: Anak Muda Surabaya Gemari Gaya Hidup Sehat, Fasilitas Gym Kian Menjamur
“Anak-anak boleh latihan beban? Boleh. Asal kita lihat dulu adaptasinya atau kemampuan mengangkatnya seperti apa. Boleh latihan beban dengan batas tertentu,” ungkap dr Jonathan Wibisono di Fitnessworks Graha S.A Gubeng Surabaya, Sabtu (11/1/2025).
Namun, ia memberi catatan usia anak-anak untuk memulai latihan beban.
Seperti pada usia di atas 10 tahun, dinilai sangat baik memulai latihan beban.
Selain itu, saat anak-anak memasuki masa tumbuh pesat atau dikenal dengan istilah growth spurt.
Pada masa puber ini juga terjadi perubahan hormon.
“Kalau anak-anak kita lihat growth spurt atau puberty kids respons dari pertumbuhan tulang akan sangat baik. Jika kita beri beban optimal justru disarankan, dan saat ada perubahan hormon juga dapat membantu pertumbuhan tulang,” ungkapnya.
Menurut dokter dari Ciputra Hospital Surabaya ini, yang membuat anak tumbuh tinggi adalah epiphyseal plate, merupakan bagian tulang yang terus tumbuh dan mungkinkan tulang bertambah panjang.
Epiphyseal plate ini, disebut berupa gambaran garis diujung tulang dekat dengan persendian.
“Ada satu garis yang tidak tampak, tapi kami bisa perkirakan di situ banyak sel punca. Pada dewasa juga ada, tapi persentasenya minimal,” ujarnya.
Pada anak-anak, garis tersebut dapat dirangsang maupun dihambat.
Salah satu yang bisa menghambat, dijelaskan dr Jonathan, saat over of weight maupun under of weight terutama beban dari luar.
“Contoh anak-anak yang ada masalah dengan sarafnya (cerebral palsy) atau lumpuh otak. Anak-anak dengan itu, kondisi sarafnya tidak baik dan kondisi ototnya tidak baik otomatis pertumbuhan tulang tidak optimal,” ujarnya.
Sebaliknya, Anak-anak dengan gemuk juga disebut mengalami tinggi badannya tidak optimal.
“Artinya beban yang lebih itu tidak baik. Jadi harus distimulasi beban di level optimal. Tidak minimal, juga tidak terlalu tinggi,” jelas dr Jonathan.
Untuk pengaturan angkat beban, disebutnya dapat menggunakan repetisi maksimal (RM).
Satu beban maksimal yang bisa dieksekusi dengan gerakan proper form.
Proper form adalah istilah dalam fitness yang mengacu pada teknik atau postur tubuh yang benar saat melakukan olahraga.
“Kita bisa menghitung beban optimal di level 70 persen. Jadi ketika dia bisa mengangkat satu kali 10 kilogram beban, maka latihan yang dipakai adalah 7 kilogram beban. Tidak boleh memakai beban yang di level 100 persennya anak,” ungkapnya.
Dokter Jonathan menyebut, banyak timbul di masyarakat bahwa anak-anak di bawah usia 10 tahun tidak boleh latihan beban.
Padahal, menurutnya, hal itu bukan suatu larangan. Namun, latihan yang dilakukan tetap harus dimonitor minimal didampingi Personal Trainer (PT).
Namun, saat ini disebutnya masih minim PT yang dapat menghandle anak-anak usia di bawah 10 tahun.
“Karena kebanyakan PT bisa menghandlenya adalah usia dewasa. Jadi di level usia ekstrem terlalu muda atau terlalu tua mubgkin mereka belum memiliki pengalaman atau pengetahuan di level itu,” ungkapnya.
Menanggapi kebutuhan itu, Verawaty Budiyanto selaku CEO & Founder Urban Athletes menyebut ada beberapa tempat yang memang tidak mengijinkan anak-anak untuk pergi ke tempat gym.
“Bedanya Fitnessworks dengan gym lain, jika gym konvensional tidak mengijinkan anak kecil untuk masuk gym. Itu ada benarnya, di bawah 10 tahun tidak mengijinkan kecuali postur besar dan harus didampingi PT. Kalau tidak didampingi malah risiko cedera,” ungkapnya.
Namun ke depannya, pihaknya berkomitmen untuk dapat memberikan sertifikasi kepada para trainer untuk dapat menghandle anak-anak.
“Kami bikin pelatihan, untuk bisa melatih trainer kami untuk mengandle latihan bagi anak di antara 10 hingga 17 tahun. Karena memang justru anak-anak ternyata harus dirangsang, anak saya juga masuk di usia itu dan mulaikan mereka latihan crossFit,” tutupnya.
➢ IKUTI UPDATE BERITA MENARIK LAINNYA di GOOGLE NEWS SURYA.CO.ID
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.