Liputan Khusus

11 Ribu Ternak di Jatim Terkena Wabah PMK, Butuh 9,2 Juta Vaksin untuk Ternak Rentan

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali menjadi ancaman serius bagi peternakan di Jawa Timur

|
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Fatimatuz Zahro
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali menjadi ancaman serius bagi peternakan di Jawa Timur. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali menjadi ancaman serius bagi peternakan di Jawa Timur (Jatim). Hingga saat ini, tercatat sebanyak 11.317 kasus infeksi PMK pada hewan ternak di provinsi tersebut dalam dua bulan terakhir. 

Saat ini 70 persen kasus tengah menjalani penyembuhan namun juga telah menyebabkan kematian hingga 250 ekor ternak, memicu kekhawatiran di kalangan peternak dan pemerintah daerah.

Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Indyah Aryani, mengungkapkan bahwa penyebaran PMK sudah meluas ke hampir seluruh wilayah di Jawa Timur. Menurut Indyah, penyebaran kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Jember, diikuti oleh Ponorogo dan Tulungagung. 

Baca juga: Pemprov Jatim Akan Belanja 320.000 Dosis Vaksin PMK dengan APBD

Kasus ini menjadi hal serius yang harus diantisipasi dan ditangani secara cepat dan tepat. Sebab kondisi ini mengharuskan langkah-langkah cepat untuk mencegah kerugian yang lebih besar bagi peternak.

Salah satu upaya yang kini menjadi fokus adalah vaksinasi massal terhadap hewan ternak yang rentan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur mencatat kebutuhan vaksin untuk hewan ternak mencapai 9,2 juta dosis. Namun, yang mendesak dibutuhkan saat ini adalah sebanyak 7,2 juta dosis.

“Dalam setahun ini kami butuh 7,2 juta. Untuk pengadaannya bertahap. Ada yang dari APBD dan ada juga yang bantuan dari APBN. Jadi ini sedang kami siapkan kan berproses ya dan untuk pengadaan vaksin segera itu sudah diproses secepat mungkin,” tegasnya.

Tak hanya mengandalkan vaksinasi, penanganan pengobatan hewan ternak yang sakit juga menjadi prioritas. Obat-obatan sudah disebar langsung ke titik-titik peternakan yang terjangkit PMK dan disuntikkan pada ternak.

“Kalau vaksin progresnya kami sudah dapat 12.500 dosis kemarin dan sudah kita distribusikan. Itu dropping untuk kondisi emergency yang lainnya nanti menyusul juga dari kementerian,” ujarnya.

Pemerintah daerah juga mengimbau para peternak untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan biosekuriti di peternakan mereka. Langkah ini meliputi menjaga kebersihan kandang, membatasi mobilitas ternak, dan memastikan ternak yang sakit segera diisolasi.

“Biosekuriti menjadi langkah kunci selain vaksinasi. Peternak harus benar-benar memahami pentingnya tindakan pencegahan ini,” kata Indyah. 

Ia juga mengingatkan bahwa PMK sangat mudah menular, terutama melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi dengan yang sehat.

Dampak ekonomi akibat wabah PMK ini juga mulai dirasakan. Banyak peternak melaporkan penurunan pendapatan karena ternak yang terinfeksi tidak bisa dijual. Selain itu, biaya perawatan ternak yang sakit juga menjadi beban tambahan bagi peternak kecil.

Sejumlah langkah lain juga telah dilakukan, termasuk penyuluhan kepada peternak mengenai gejala PMK dan cara penanganannya. Gejala PMK meliputi demam tinggi, lepuh pada mulut dan kuku, serta penurunan nafsu makan.

Pihaknya pun menegaskan bahwa Pemprov Jatim juga melakukan pengamanan dengan menerapkan pengaturan lalu lintas ternak. Dimana ternak yang keluar masuk Jatim dilakukan pemeriksaan.

“Kami melaksanakan pengendalian lalu lintas ternak, ini penting kami lakukan untuk menjaga agar tidak ada penularan yang masif pada hewan yang keluar masuk ke Jatim,” ujarnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved