Merawat Budaya, Sanggar Sekalendra Surabaya Asah Bakat Pecinta Seni Tari Remo

Pembimbing Sanggar Sekalendra Surabaya, Anita Lestari Wilujeng, menyebut awalnya tari remo ini ditampilkan sebagai pembuka pentas pertunjukan ludruk.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: irwan sy
Nur Ika Anisa/TribunJatim.com
Anak-anak Sanggar Sekalendra Surabaya menampilkan Tari Remo di Grand City Mall. 

SURYA.co.id, SURABAYA - Sikap tubuh yang tegap dengan gerakan kaki yang rancak dan dinamis ditampilkan oleh anak-anak Sanggar Sekalendra Surabaya.

Lonceng-lonceng yang dipasangkan di pergelangan kaki setiap penari berbunyi setiap langkah dan hentakan, berpadu dengan musik yang mengiringi.

Para penari cilik ini menarikan Tari Remo.

Pembimbing Sanggar Sekalendra Surabaya, Anita Lestari Wilujeng, menyebut awalnya tarian ini ditampilkan sebagai pembuka pentas pertunjukan ludruk.

Seiring waktu, tarian yang berasal dari Jombang Jawa Timur ini kerab digunakan sebagai sambutan tamu dan upacara kenegaraan, maupun acara festival.

“Gerakan tari remo ini tentang perjuangan kepahlawanan pangeran yang gagah berani, karakternya tegas,” ungkap Anita Lestari, Selasa (7/1/2025).

Anita menjelaskan saat ini tari remo tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa.

Anak-anak di Surabaya pun antusias belajar menari tarian dari Jombang, Jawa Timur tersebut, termasuk di Sanggar Sekalendra.

Ada sebanyak 150 anak, mulai usia lima hingga 17 tahun yang berlatih tari setiap hari minggu.

“Jadi tidak hanya untuk dewasa, saya harap mulai bibit kecil, mereka sudah bisa Tari Remo. Apalagi di Surabaya, sepertinya sekolah-sekolah sudah mewajibkan belajar tari remo,” ujarnya.

Keindahan tari remo, tidak hanya kesan tegas pada ekspresi para penari tetapi juga keselarasan penggunaan selendang, gerak tangan, hentakan kaki, dan gelengan kepala seiring iringan musik gamelan.

Dalam pola latihan, lanjut Anita Lestari, anak-anak diajarkan kekuatan kaki dan tangan.

Basic ini menjadi pondasi yang harus dimiliki sebelum berlatih tari remo.

“Di tempat kami, ada olah tubuh. Pondasinya di kekuatan kaki dan tangan. Kalau mereka sudah pas, tidak merasakan sakit karena terbiasa, Insyaallah bisa menarikan remo,” jelas Anita.

Anita menyebut penari cilik di Surabaya cukup berkembang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved