SURYA Kampus

Perjuangan Yulinda Anak Pengepul Rongsokan Demi Lulus Kuliah di Trisakti, Rela Waktu Luang Berkurang

Begini perjuangan Yulinda, anak pengepul rongsokan demi bisa lulus kuliah di Universitas Trisakti, Jakarta.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Dok.pribadi Yulinda
Foto wisuda Yulinda dan keluarganya 

Dengan uang sebesar Rp 8,4 juta setiap semester, ia harus pandai-pandai mengelola keuangannya agar cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kan itu dicukup-cukupin, makanya uangnya itu nggak pernah dipakai buat apa pun."

"Misalkan yang bulan ini masih ada sisanya nih, jadi bener-bener diatur supaya bisa sampai dapat lagi, itu diakumulasiinnya gitu," jelasnya.

Namun, terkadang biaya kuliah yang cukup tinggi memaksa Yuli untuk mencari penghasilan tambahan.

Ia memanfaatkan waktu luangnya di antara jadwal kuliah untuk menjajakan jasanya.

"Kalaupun memang habis, paling nanya-nanya sih kayak, kan ada kafe dekat rumah juga gitu, pernah part-time juga gitu, Sabtu Minggu."

"Cukup sering juga sih, pokoknya setiap ada yang nawarin, dan aku lagi enggak kuliah, aku ambil di hari apa pun itu gitu," tambahnya.

Menghadapi skeptisisme dan stigma sosial

Keputusan Yuli untuk melanjutkan kuliah sempat mengejutkan kedua orang tuanya.

Mereka meminta Yuli berpikir dua kali karena masih ada empat adik yang harus dihidupi.

Namun, Yuli tidak mengubah niatnya.

Dia berkomitmen untuk mengejar cita-citanya melalui beasiswa, dan beruntungnya, ia berhasil mendapatkannya.

Yuli rutin berangkat dari Ciomas ke Kampus Trisakti di Jakarta Timur menggunakan KRL, tanpa menyewa kos demi menghemat biaya hidup.

Meskipun begitu, perjalanan yang ia lakukan tidak selalu mulus.

Ia sering mendapatkan skeptisisme dari orang-orang di sekitarnya, yang meragukan kemampuannya untuk berkuliah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved