SURYA Kampus
Pakar ITS Dorong Adanya Kesiapsiagaan Mitigasi Dampak Angin Puting Beliung
Terdapat faktor internal yang memengaruhi daya tahan struktur. Sebagai contoh, pohon yang keropos, akarnya serabut, atau sudah tua akan mudah roboh
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Wiwit Purwanto
SURYA.CO.ID SURABAYA - Angin puting beliung kerap terjadi di berbagai wilayah saat memasuki musim penghujan.
Melihat fenomena tersebut, pakar mitigasi kebencanaan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Ir Amien Widodo MSi menyoroti pentingnya pemeriksaan infrastruktur dan dilakukannya sinergi seluruh pihak agar masyarakat selalu siap menghadapi kondisi yang tak terduga.
Apalagi perubahan iklim global memicu terjadinya cuaca ekstrem membuat angin puting beliung yang kian meningkat frekuensi, kekuatan angin, kecepatan, dan jangkauan wilayah terdampaknya.
“Fenomena ini dikaitkan dengan keberadaan awan cumulonimbus, yang menghasilkan angin berputar dengan kecepatan tinggi kurang dari lima menit,” jelas Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS ini.
Biasanya, kerusakan rumah atau pohon dikaitkan sebagai akibat dari terjangan angin puting beliung tersebut.
Padahal, menurut Amien, terdapat faktor internal yang memengaruhi daya tahan struktur tersebut. Sebagai contoh, pohon yang keropos, akarnya serabut, atau sudah tua akan lebih rentan roboh.
Demikian pula, rumah dengan struktur atap yang tidak kokoh akan lebih mudah terdampak. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk memeriksa kondisi rumah, pohon, dan infrastruktur lainnya secara berkala.
"Masyarakat perlu lebih memperhatikan infrastruktur dan vegetasi yang berpotensi membahayakan. Langkah paling sederhana, masyarakat dapat memastikan atap rumah terpasang dengan baik dan dalam kondisi kuat,"lanjutnya.
Lingkungan sekitar juga perlu pengawasan seperti untuk kondisi pohon dan tidak memasang benda berat di area pohon.
Ilmuwan Geologi ini pun menjelaskan, ITS juga telah mengambil langkah proaktif untuk membantu memerangi dampak dari angin puting beliung. Yaitu dengan menyisipkan praktik pada salah satu mata kuliah di Departemen Teknik Geofisika ITS untuk menganalisis kondisi pohon di taman perkotaan di Surabaya.
Lebih lanjut, Amien menegaskan, pendekatan triple helix yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat turut mendukung keberhasilan memantau kondisi lingkungan.
“Peran akademisi sendiri berfokus pada pemetaan risk tree assessment di beberapa lokasi,” terang Amien.
Turut mendukung inovasi teknologi dan kesadaran dalam tanggap bencana, ITS juga sedang mengembangkan alat untuk memindai kesehatan pohon.
“Ke depannya, alat untuk mendeteksi kekosongan kambium yang berpotensi membuat pohon rentan roboh tersebut akan digunakan,” terang dosen Departemen Teknik Geofisika ITS tersebut.
Terakhir, Amien mengingatkan masyarakat untuk tetap mawas diri dan lebih baik berlindung di rumah ketika kondisi hujan lebat disertai petir kilat yang menyambar.
“Sinergi kerja sama dan kesadaran kolektif seluruh pihak dapat meminimalkan dampak dari angin puting beliung dan tentunya keselamatan masyarakat bisa lebih terjamin,” tuturnya.
Mitigasi puting beliung
antisipasi dampak puting beliung
Dr Ir Amien Widodo MSi pakar its
surabaya.tribunnews.com
Sosok Stanggy Anak Buruh Bangunan Diterima Kuliah di Kedokteran UGM, Ingin Mengabdi di Jayapura |
![]() |
---|
TIMNASS X di Surabaya, Wagub Emil Dardak Soroti Teknologi dan Kekurangan Dokter Gigi Puskesmas |
![]() |
---|
Tingkatkan Serapan Lulusan S1, Universitas Terbuka Surabaya Gelar Career Fair 2025 |
![]() |
---|
Forum MADILOG di Surabaya, Dorong Mahasiswa Hadapi Realita Dunia Kerja |
![]() |
---|
Unesa Buka Pendaftaran Prodi FKG Hingga 6 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.