Berita Tulungagung

Warung Kopi Jadi Tempat Favorit Membolos, Satpol PP Tulungagung Amankan 36 Siswa Dalam 2 Hari

Mereka kedapatan di sejumlah warung kopi di yang banyak ditemukan di seluruh wilayah Kabupaten Tulungagung

Penulis: David Yohanes | Editor: Deddy Humana
surya/david yohanes
Petugas Satpol PP dan Dinas Pendidikan Tulungagung memergoki beberapa pelajar membolos di warkop. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Mangkir dari sekolah alias membolos selalu terjadi di setiap generasi anak sekolah, termasuk di Tulungagung.

Dalam razia cipta kondisi, Kamis (21/11/2024), ada enam pelajar SMK yang tepergok nongkrong di warung kopi (warkop) saat jam pelajaran sekolah.

Keenamnya dipergoki petugas Satpol PP dan Dinas Pendidikan di sebuah warkop Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, pukul 11.25 WIB. Mereka tidak bisa mengelak saat petugas gabunganmendatangi meja tempat mereka ngopi bersama. 

Para pelajar ini sedang ada di warkop dengan masih mengenakan seragam sekolahnya, di saat proses pembelajaran masih berlangsung. 

Kabid Trantibum Satpol PP Tulungagung, Agung Setyo Widodo mengatakan, ada 36 pelajar SMA dan SMK yang terjaring razia.

Mereka kedapatan di sejumlah warung kopi di yang banyak ditemukan di seluruh wilayah Kabupaten Tulungagung. “Kami menggandeng Dinas Pendidikan Kabupaten dan Cabang Dinas Pendidikan Provinsi untuk membina para siswa yang terjaring razia,” jelas Agung. 

Razia di hari sebelumnya, Rabu (20/11/2024), ada 26 siswa yang terjaring. Mereka tidak hanya siswa  SMA, namun ada siswa SMP juga. Para pelajar ini didata dan mendapat pembinaan langsung dari Satpol PP.

“Untuk pembinaan lebih lanjut, kami serahkan di Dinas Pendidikan. Rencananya sekolah asal siswa ini akan dipanggil,” lanjut Agung.

Razia ini untuk cipta kondisi, mencegah para pelajar keluar dari sekolah di jam pembelajaran. Satpol PP juga melakukan pembinaan kepada pemilik warkop yang kedapatan dipakai bolos para pelajar.

Agung meminta mereka untuk menolak anak-anak berseragam sekolah, utamanya di jam pembelajaran. Selain itu Agung juga meminta pemilik warkop membuat tulisan imbauan yang ditempel di dinding warung. 

“Buat tulisan yang bisa dibaca, intinya melarang pelajar masuk warkop kopi selama jam sekolah. Mereka yang masih menggunakan seragam sekolah juga harus ditolak,” tegas Agung. 

Kabupaten Tulungagung tumbuh banyak warkop karena budaya ngopi dan nyete, atau melukis rokok dengan ampas kopi.

Namun banyak warkop berkembang dengan menyediakan menu kekinian, menyesuaikan dengan trend anak muda. Selain itu warkop era kini juga menyediakan sinyal Wifi sehingga memanjakan para pelajar yang nongkrong.

“Yang dipilih para pelajar ini biasanya warkop yang nyaman dan ada Wifi. Lokasinya kadang tersembunyi,” pungkas Agung. ******

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved