Berita Surabaya

Angka Kemiskinan di Surabaya Turun Tajam, Program Padat Karya Kerek Penghasilan Warga

Strategi program padat karya dari Pemerintah Kota Surabaya bukan hanya mengentaskan pengangguran, namun juga berhasil menaikkan pendapatan warga.

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
Tim juri Innovative Government Award (IGA) 2024 bertemu Pjs Wali Kota Surabaya Restu Novi Widiani di Balai Kota Surabaya. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Angka kemiskinan di Surabaya turun tajam. Strategi program padat karya dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bukan hanya mengentaskan pengangguran, namun juga berhasil menaikkan pendapatan warga.

Hingga 2024, angka kemiskinan di Surabaya menyisakan 3,96 persen atau menurun tajam dari 2021 (5,23 persen). 

Pun dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang turun drastis dari 9,68 persen pada 2021, menjadi 6,76 pada 2023.

Hal ini berjalan simultan dengan pertumbuhan ekonomi di Surabaya yang konsisten berada di atas rata-rata provinsi maupun nasional. 

Pada 2023 misalnya, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,70 persen, berada di atas provinsi (4,95 persen), dan nasional (5,05 persen).

Tim juri Innovative Government Award (IGA) 2024 pun memberikan apresiasi atas kepiawaian Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Terutama, dalam mensejahterakan warga miskin di Kota Pahlawan.

Program Padat Karya sukses memberdayakan ekonomi warga miskin. 

"Saya mengakui Pemkot Surabaya sangat luar biasa, semuanya bergerak," kata perwakilan juri IGA 2024, Plt Direktur Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika RI, Aris Kurniawan dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (14/11/2024).

"Surabaya ini sangat istimewa. Inovasi Padat Karya didasari database yang kuat. Surabaya membangun super data yang dampaknya ril, dan ini bisa menjadi percontohan,” ujar Aris.

Innovative Government Award (IGA) merupakan penghargaan tahunan dari Kemendagri kepada Pemerintah Daerah atas semangat dan keberhasilannya melakukan inovasi di bidang peningkatan layanan publik, tata kelola pemerintahan dan pembangunan. 

Menurutnya, pengentasan kemiskinan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pelayanan tersebut.

Pada penaggulangan kemiskinan, Pemkot Surabaya mengintegrasikan angka Kemiskinan dalam Aplikasi Padat Karya. Hal ini selaiknya bisa dilaksanakan di kota lainnya.

“Saya melihat sangat komprehensif. Sejak awal Pemkot Surabaya mengerti cara merespons pandemi COVID-19, lalu memastikan ekosistemnya untuk guyub rukun mengentaskan kemiskinan. Saya juga sangat belajar banyak dari Surabaya,” tutur Aris.

Aris pun telah bertemu jajaran Pemkot Surabaya. Berlangsung di Balai Kota Surabaya, turut hadir Analis Kebijakan Ahli Muda, Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri, Kemendagri RI, Nuril Fikri Aulia.

Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Surabaya Restu Novi Widiani menjelaskan tujuan kehadiran tim juri IGA. 

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved