Ketahanan Pangan Jatim

Talkshow Harian Surya, Pakar UB Sebut Penyelesaian Pangan di Jatim Dimulai dari Statistik yang Tepat

Akademisi Universitas Brawijaya Malang, Dr Sujarwo SP MP, mengungkapkan persoalan ketahanan pangan bisa diselesaikan mulai dari data kebutuhan akurat

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: irwan sy
habibur rohman/surya.co.id
Akademisi Universitas Brawijaya Malang, Dr Sujarwo SP MP, berbicara pada Talkshow Harian Surya, Selasa (12/11/2024) di Dyandra Convention Hall. Bertajuk "Quo Vadis Ketahanan Pangan Demi Kemandirian Ekonomi Jawa Timur", Talkshow tersebut menjadi acara puncak perayaan Hari Ulang Tahun ke-35 Harian Surya. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Akademisi Universitas Brawijaya Malang, Dr Sujarwo SP MP, mengungkapkan persoalan ketahanan pangan bisa diselesaikan mulai dari data kebutuhan yang akurat.

Apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka justru menimbulkan persoalan baru.

Berbicara pada Talkshow Harian Surya, Selasa (12/11/2024) di Dyandra Convention Hall, Sujarwo mencontohkan persoalan kebutuhan beras.

"Kalau dari data statistik, katakanlah, kita butuh 22-23 juta ton beras dalam satu tahun. Kemudian, (kebutuhan beras) untuk non-rumah tangga, seperti industri macam-macam sebesar 5 ton. Kalau digenapkan (kebutuhan beras selama setahun) menjadi 30 juta ton," kata Sujarwo.

Bertajuk 'Quo Vadis Ketahanan Pangan Demi Kemandirian Ekonomi Jawa Timur', Talkshow tersebut menjadi acara puncak perayaan Hari Ulang Tahun ke-35 Harian Surya.

Hadir sebagai narasumber lainnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (sambungan virtual), Plh Sekdaprov Jatim Bobby Soemiarsono, hingga perwakilan pemerintah kabupaten/kota.

Menurut data Badan Pangan Nasional (Bapanas) tahun 2023, kebutuhan beras untuk konsumsi rumah tangga memang terus meningkat.

Pada 2023, kebutuhan beras mencapai 22,64 juta ton sekaligus menjadi rekor tertinggi baru dalam lima tahun terakhir.

Kebutuhan tersebut yang biasanya menjadi dasar Pemerintah untuk menentukan kebijakan pemenuhan stok tiap tahunnya.

Selain melalui produksi dalam negeri, juga dengan membuka kran import.

"Dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki, seringkali kita harus menjaga agar stok kita aman dan sebagainya melalui impor. Sering ada kebutuhan impor, 2-3 juta ton. Berarti kan cuma 10 persen yang kita impor untuk kebutuhan domestik," katanya.

Seharusnya, Pemerintah bisa memotret hasil panen tiap provinsi dan membandingkannya dengan kebutuhan.

Hal ini bisa menjadi dasar untuk menyusun program dalam memenuhi target menuju ketahanan pangan.

"Kami mengotak-atik, saya breakdown per provinsi. Kalau kita punya akurasi data, maka sistem pangan bisa kita bangun. Problem utamanya, kita tidak mampu menuju akar masalah karena tidak mampu untuk menyiapkan data yang memotret dari inti masalah tersebut," tandasnya.

Sebelumnya, Sekdaprov Jawa Timur Bobby Soemiarsono yang hadir sebagai keynote speaker acara ini menjelaskan gambaran produksi padi di Jawa Timur.

Menurut Angka Sementara BPS, capaian Produksi Padi di tahun 2024 sebesar 9,266 juta Ton-GKG atau setara dengan beras sebesar 5,327 juta ton.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved