Kabinet Prabowo Gibran

AM Putranto Dikenal Pendiam dan Ikut Pencinta Alam saat Sekolah di SMAN 1 Jember

Tiga alumni SMAN 1 Jember sukses masuk kabinet pemerintahan dua Presiden Republik Indonesia

Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Fatkhul Alami
KOMPAS.com
AM Putranto dipercaya jadi Kepala Staf Kepresidenan di Kabinet Merah Putih pemerintahan Presiden Prabowo Subianto 

"Keduanya sama-sama punya minat masuk di AKABRI. Tetapi pada masa itu yang paling favorit  itu masuk Angkatan Darat (AD). Dan pak Putranto masuk AD. Sementara pak Bambang malah masuk di Angkatan Udara (AD)," terang guru yang mengajar di SMAN 1 Jember sejak 1977-2014.

Sujai mengaku sempat kaget, sebab Bambang Eko Suharyanto berlatar belakang pendidikan IPS bisa lolos seleksi Akabri TNI Angkatan Udara (AU). "Padahal Angkatan Udara kan, dibutuhkan orang-orang intelek (sains) soalnya ngurusi pesawat terbang. Tapi mungkin dia (Bambang Eko) orangnya pintar, tetapi karena temannya banyak jadi tidak kelihatan," urainya.

Soalnya, kata dia, anak IPS itu bisa masuk TNI Angkatan Udara sangat langka. Umumnya mereka itu masuk di Angkatan Kepolisian atau pejabat birokrasi yang ngurus administrasi.

"Tetapi karena dia pintar mungkin ya, jadi bisa mencuat dan masuk di AU dan pendidikannya kan di Belanda hingga Amerika. Dan pak Bambang ini kan bahasa Madura-nya kan sangat kental. Jadi meskipun di luar negeri, cengkok bahasa Madura-nya tetap kelihatan," ungkap Sujai.

Sujai mengungkapkan, di era para tokoh ini belajar. SMAN 1 Jember memang melakukan penyaringan siswa baru secara ketat berdasarkan prestasi mereka. "Anak-anak yang masuk ke sana adalah anak-anak yang ingin suasana belajar kompetitif. Jadi kelebihannya itu pada murid bukan pada guru. Sehingga anak yang pintar itu bisa berkembang, anak punya bakat pidato kami ikutkan lomba pidato, bakat Fisika ikutkan Olimpiade Fisika sehingga bisa maksimal belajarnya,"  bebernya.

Namun sistem tersebut telah berubah, setelah pemerintah menerapkan sistem zonasi. Sehingga, banyak siswa baru yang masuk SMAN 1 Jember bukan berbasis prestasi. "Karena SMAN 1 Jember adalah idola, jadi orang berbondong-bondong bisa memasukan anaknya di SMA 1. Tapi tidak melihat prestasi, tetapi uji area tempat tinggal. Kan banyak polisi-polisi  menitipkan anaknya di saudaranya di Jember lalu di masukan KK, sehingga tidak bisa mengelak SMA 1," kata Sujai lagi. (imam nawawi)

Sumber: Surya Cetak
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved