SURYA Kampus

Sosok Rezky Rendi Mahasiswa Nyambi Jadi Tukang Gali Kubur, Upah untuk Bantu Orang Tua dan Kuliah

Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa Universitas Timor (Unimor), Rezky Rendi Funan, punya kerja sampingan untuk tukang gali kubur. Ini sosoknya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Unimor
Rezky Rendi 

SURYA.CO.ID - Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa Universitas Timor (Unimor), Rezky Rendi Funan, punya kerja sampingan untuk tukang gali kubur.

Rendi, merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara.

Orang tuanya, Mikhael Nenis dan Paulina Suni, sehari-hari menjadi petani di kampung kecil di pinggiran Kota Kefamenanu, Maumolo.

Hidup dari keluarga sederhana membuat Rendi harus pintar mencari tambahan biaya untuk membantu perekonomian keluarga sekaligus membayar kuliah.

Mahasiswa semester I Program Studi (Prodi) Ilmu Adminstrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unimor ini menjadi buruh tukang kuburan sejak masih duduk di bangku SMA.

Ia memilih pekerjaan ini, lantaran mengikuti suami salah satu kakaknya.

Pekerjaan sebagai tukang gali kubur, kata Rezki, tidak banyak diketahui oleh teman-temannya, baik saat masih di SMA maupun sekarang ini setelah menjadi mahasiswa.

“Saya tertarik bekerja menjadi buruh karena bisa membantu orang tua mendapatkan uang agar bisa bersekolah saat itu dan bisa kuliah di Unimor pada saat ini.

"Dari kami tujuh bersaudara, hanya saya yang bisa sampai di bangku kuliah, sedangkan keenam saudara saya hanya sebatas tamat SMA."

"Saya tidak mengikuti perilaku dan gaya hidup anak anak seumuran saya yang mungkin masih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang saat ini,” tuturnya kepada Humas Unimor di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bijaesunan, Selasa (8/10/2024), melansir dari laman Unimor.

Masuk ke Unimor melalui jalur Seleksi Mandiri, untuk semester I ini, ia memprogram lima mata kuliah dengan bobot 18 SKS dan mendapatkan Hendrikus Hironimus Botha, S.IP., M.AP., sebagai Dosen Pembimbing Akademiknya.

“Saya bisa membagi waktu antara kuliah dan kerja. Kalau kuliah siang sampai dengan sore, paginya saya datang bekerja."

"Sedangkan kalau kuliah pagi, pada sore harinya baru saya bisa datang untuk bekerja. Beda saat masih SMA dulu, sekolahnya dari pagi sampai siang. Setelah keluar sekolah, saya langsung bisa bekerja membantu."

"Untuk kondisi saya saat ini sebagai seorang mahasiswa, konsentrasi saya untuk kegiatan perkuliahan tetap saya utamakan.” jelasnya.

Rezky lanjut menceritakan, untuk pergi ke kampus, ia berangkat dari Maumolo dengan fasilitas motor ojek, kemudian turun di terminal Kota Kefamenanu lalu lanjut menumpang angkutan kota untuk menuju ke kampus Unimor di bilangan KM 9 arah ke Kupang.

Untuk segala aktivitasnya pergi dan pulang ke rumah biasanya menghabiskan biaya sebesar Rp. 20.000 setiap harinya.

“Pokoknya untuk proses perkuliahan selama ini lancar, hanya pernah absen karena hujan deras di Maumolo, sehingga ketika tiba di kampus, proses perkuliahan sudah dimulai."

"Untuk tugas-tugas perkuliahan, kadang saya agak kewalahan karena harus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah, tetapi tetap saya kerjakan karena merupakan suatu kewajiban sebagai mahasiswa, ” katanya mengakui.

Untuk upah pekerjaan sebagai buruh, Rezky menceritakan bahwa dari setiap kuburan yang selesai dikerjakan, dia mendapatkan upah sebesar Rp.500.000,00 hingga Rp. 750.000,00, tergantung model kubur dan tingkat kesulitan dalam proses pengerjaannya.

Upah sebesar itu diperoleh dalam jangka waktu satu hingga dua minggu proses pekerjaan. Uang itu diberikan kepada ibunya untuk ditabung guna mencukupi kebutuhan keluarga dan juga untuk kebutuhan kuliahnya.

Rezky juga menambahkan bahwa ia bersyukur sekali karena rata-rata job untuk pengerjaan kuburan sekarang ini berlokasi di TPU Bijaesunan Kota Kefamenanu yang letaknya lumayan dekat dengan kampus.

Ketika mendekati jam perkuliahan dia bisa langsung bersiap untuk menuju kampus guna mengikuti proses perkuliahan.

“Kedepannya,saya bercita-cita menjadi seorang pengusaha atau bekerja di sektor swasta. Saya juga tidak malu untuk melakoni pekerjaan ini, bahkan ada kebahagiaan tersendiri karena bisa membantu orang lain atau keluarga duka.

Dari hasil pekerjaan senagai buruh ini, saya memimpikan bisa membeli sebuah laptop untuk mendukung proses perkuliahan saya ke depan. Karena selama ini saya mengerjakan tugas dengan mengandalkan handphone saja,” ujarnya sambil menyiapkan tas dan perlengkapan kuliah serta mengganti pakaian yang dibawa dari rumah guna pergi mengikuti proses perkuliahan siang tadi.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved