Berita Surabaya
Sosok Dewangga, Siswa SD Surabaya yang Tekuni Budidaya Magot : Solusi Masalah Sampah Organik
Dewangga Kasyafa Prestian, siswa sekolah dasar Surabaya yang memiliki kepedulian lingkungan melalui pengolahan sampah organik.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, SURABAYA- Cerita inspiratif datang dari Dewangga Kasyafa Prestian, siswa sekolah dasar Surabaya yang memiliki kepedulian lingkungan melalui pengolahan sampah organik.
Anak berusia sembilan tahun ini tengah menekuni budidaya magot yang dimulainya sejak Februari 2024.
Hal itu dilakukan lantaran kebutuhan sang ayah dalam mencari pakan ternak sekaligus inisiatif untuk proyek ajang Pangeran Lingkungan Hidup 2024.
“Waktu itu ayahku cari pakan burung, tapi jangkrik mahal akhirnya coba-coba magot. Belajarnya dari ayah sekalian untuk Pangeran Lingkungan Hidup 2024 sudah tahap finalis,” ujar Dewangga ditemui di rumah budidaya Kebonsari, Senin (7/10/2024).
Ia menjelaskan, magot merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF).
Saat BSF menetas, kemudian masuk ke fase larva, hingga masuk ke fase pupa.
Di rumah budidaya yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah, terdapat area metamorfosis lalat hingga pengolahan hasil magot untuk ternak dan pendukung media tanam.
Dewangga juga menunjukkan cara dalam melakukan budidaya magot.
Telur-telur lalat yang menempel di kayu, kemudian disisihkan dan ditimbang.
Satu gram telur BSF disebut bisa menghasilkan dua kilogram magot.
Sejak menetas dari telur, bayi larva ini terus makan dan mengonsumsi sampah organik hingga memasuki masa prepupa hingga pupa atau tahapan menjelang perubahan jadi lalat.
Magot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap panen.
Oleh karena itu, dalam budidaya magot ini Dewangga juga melakukan gerakan mengumpulkan sampah organik.
Sejak Februari hingga akhir September, ia berhasil mengumpulkan 17.270 kilogram sampah organik.
Magot bisa dipercaya dalam menyelesaikan sampah organik. Apapun dan berapa pun sampah organik bisa habis lenyap dalam sekejap oleh magot.
Hal ini menjadi solusi efektif untuk mengurai sampah organik mapun pengelolaan berkelanjutan.
“Dikumpulin dari sekolah, Kampung Kebonsari, Menanggal dan ngumpulin dari Pasar Pagesangan,” sebut siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Al Hikmah Surabaya tersebut.
Untuk mengupayakan gerakan inspiratif ini, putera kedua dari Dodyk Prestian dan Dia Sofiarini ini juga melibatkan sosialisasi ke berbagai pihak.
Sebanyak 13.861 orang telah dijangkau dari lingkungan sekolah, warga sekitar, tiga kampung mitra hingga para pedagang pasar Pagesangan Surabaya.
Para warga mengumpulkan sampah di titik yang sudah ditentukan. Hal ini untuk memudahkan dalam pengumpulan sampah organik.
Selain untuk mengurangi sampah organik di sekitar, inisiatif mengembangkan larva ini juga bermanfaat untuk lingkungan.
Hasil panen magot berguna untuk pakan baik unggas seperti ayam, burung, ikan lele dan sebagainya yang bergizi tinggi.
Sebab magot disebut memiliki zat-zat yang dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangan ternak. Beberapa produk magot juga telah dihasilkan misalkan magot kering.
“Kasgot dapat digunakan sebagai pupuk atau media tanam. Semua bermanfaat,” sebut Dewangga yang bercita-cita sebagai dokter hewan, hafiz Quran dan gamer.
Sementara sang bunda Dia Sofiarini menyebut, sebagai orang tua mendukung penuh aktivitas sang anak yang tertarik pada keberlangsungan lingkungan.
Lomba lingkungan melalui pengelolaan limbah ini disebutnya selaras dengan cita-cita Dewangga.
Hadiah telur lalat BSF di hari ulang tahunnya menjadi modal awal budidaya magot.
Dukungan terus berjalan dengan mengumpulkan sisa makan siang di sekolah, kemudian mengambil sampah organik di pasar dan mensosialisasikan ke warga terkait pengumpulan sampah.
“Kami mendampingi dia untuk belajar dari hulu hingga hilir supaya dewangga juga belajar bagaimana prosesnya apalagi dia juga ingin belajar berternak, mengambil sampah ke pasar, sekalian jadi laboratorium karena juga harus sosialisasi,” ujarnya Dia Sofiarini.
Kegiatan yang tengah digeluti sang anak disebut tidak hanya mengajarkan untuk bisa memberi solusi mengolah sampah organik.
Tetapi juga menambah skill publik speaking, karena dalam program ini Dewangga juga harus bersosialisasi kepada warga maupun pertemuan-pertemuan yang membahas pengelolaan limbah organik.
“Yang penting dia maju dulu, bisa ngomong dan menyampaikan proyeknya dia. Karena ini juga penting untuk kerjasama dengan berbagai pihak. Terpenting juga ikut ambil bagian mengelolah sampah organik di Surabaya,” pungkas Dia Sofiarini.
BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
![]() |
---|
Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
![]() |
---|
8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
![]() |
---|
Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
![]() |
---|
Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.