Berita Surabaya

Sosok Dewangga, Siswa SD Surabaya yang Tekuni Budidaya Magot : Solusi Masalah Sampah Organik

Dewangga Kasyafa Prestian, siswa sekolah dasar Surabaya yang memiliki kepedulian lingkungan melalui pengolahan sampah organik.

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Titis Jati Permata
tribun jatim/nurika anisa
Dewangga menunjukan panenan magot di pekarangan rumah budidaya Kebonsari Surabaya, Senin (7/10/2024). Budidaya magot telah dilakukan sejak Februari 2024 sebagai bagian dari pengelolaan sampah organik di lingkungan sekolah maupun kampung sekitar sekaligus bagian dari project ajang Pangeran Lingkungan Hidup 2024. 

Hal ini menjadi solusi efektif untuk mengurai sampah organik mapun pengelolaan berkelanjutan. 

“Dikumpulin dari sekolah, Kampung Kebonsari, Menanggal dan ngumpulin dari Pasar Pagesangan,” sebut siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Al Hikmah Surabaya tersebut.

Untuk mengupayakan gerakan inspiratif ini, putera kedua dari Dodyk Prestian dan Dia Sofiarini ini juga melibatkan sosialisasi ke berbagai pihak.

Sebanyak 13.861 orang telah dijangkau dari lingkungan sekolah, warga sekitar, tiga kampung mitra hingga para pedagang pasar Pagesangan Surabaya.

Para warga mengumpulkan sampah di titik yang sudah ditentukan. Hal ini untuk memudahkan dalam pengumpulan sampah organik.

Selain untuk mengurangi sampah organik di sekitar, inisiatif mengembangkan larva ini juga bermanfaat untuk lingkungan. 

Hasil panen magot berguna untuk pakan baik unggas seperti ayam, burung, ikan lele dan sebagainya yang bergizi tinggi.

Sebab magot disebut memiliki zat-zat yang dibutuhkan pertumbuhan dan perkembangan ternak. Beberapa produk magot juga telah dihasilkan misalkan magot kering.

“Kasgot dapat digunakan sebagai pupuk atau media tanam. Semua bermanfaat,” sebut Dewangga yang bercita-cita sebagai dokter hewan, hafiz Quran dan gamer.

Sementara sang bunda Dia Sofiarini menyebut, sebagai orang tua mendukung penuh aktivitas sang anak yang tertarik pada keberlangsungan lingkungan.

Lomba lingkungan melalui pengelolaan limbah ini disebutnya selaras dengan cita-cita Dewangga. 

Hadiah telur lalat BSF di hari ulang tahunnya menjadi modal awal budidaya magot.

Dukungan terus berjalan dengan mengumpulkan sisa makan siang di sekolah, kemudian mengambil sampah organik di pasar dan mensosialisasikan ke warga terkait pengumpulan sampah.

“Kami mendampingi dia untuk belajar dari hulu hingga hilir supaya dewangga juga belajar bagaimana prosesnya apalagi dia juga ingin belajar berternak, mengambil sampah ke pasar, sekalian jadi laboratorium karena juga harus sosialisasi,” ujarnya Dia Sofiarini.

Kegiatan yang tengah digeluti sang anak disebut tidak hanya mengajarkan untuk bisa memberi solusi mengolah sampah organik

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved