Berita Surabaya

Jaga Kualitas Air di Musim Kemarau, Biaya Produksi PDAM Surya Sembada Surabaya Naik 4 Kali Lipat

PDAM Surya Sembada Surabaya mengungkapkan ada kenaikan biaya produksi cukup siginifikan selama kemarau 2024. 

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
Suasana Rumah Pompa/Tandon Air Wonokitri PDAM Surya Sembada di Jalan Pakis Tirtosari No 84-A, Surabaya. Fasilitas ini menjadi salah satu aset PDAM Surabaya untuk mendistribusikan air ke pelanggan. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada memastikan pasokan air di Surabaya tetap aman selama kemarau 2024. 

Sekalipun demikian, PDAM Surya Sembada Surabaya mengungkapkan ada kenaikan biaya produksi cukup siginifikan.

"Secara kapasitas, insya Allah masih aman," kata Direktur Operasi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Nanang Widyatmoko, Selasa (1/10/2024).

Ia mengungkapkan, pengaruh panjangnya musim kemarau berdampak pada pasokan bahan baku air PDAM Surya Sembada

Selama ini, BUMD milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ini mengambil sebagian besar bahan baku dari aliran Sungai Brantas.

Namun, pada musim kemarau seperti saat ini, pengelola Kali Brantas menutup pintu air untuk menjaga ketinggian debit sungai. 

Dampaknya, aliran limbah dari industri maupun domestik rumah yang masuk ke sungai tak lantas hanyut menuju muara.

Akibatnya, polutan di sungai pun menjadi tinggi dibandingkan musim penghujan. 

"Yang tidak aman dari sisi kualitas air (bahan) bakunya. Namun, kami memastikan bahwa air (hasil) produksi kami harus tetap sesuai standar dari Permenkes (Permenkes No. 2 Tahun 2023 yang mengatur tentang air minum dan air bersih di Indonesia)," jelas Nanang Widyatmoko.

Untuk menjaga kualitas air hasil produksi, PDAM memanfaatkan serangkaian teknologi. Di antaranya, memperbanyak zat untuk membunuh bakteri dalam air.

"Akhirnya, dampaknya apa? Bahan kimianya lebih banyak, listrik lebih banyak dan biaya operasional menambah. Untuk bahan kimia saja misalnya, ini meningkat hampir 4 kali lipat," ungkap Nanang Widyatmoko.

Untuk menutup tingginya ongkos produksi, PDAM tak melakukan penyesuaian tarif kepada pelanggan. Sebaliknya, pihaknya melakukan sejumlah efisiensi. 

"Fokus kami bagaimana menghasilkan air yang cukup secara kuantitas dan kualitas," tegasnya.

Efisiensi tersebut, di antaranya dengan melakukan uji coba terhadap penggunaan bahan kimia baru. 

"Dengan bahan kimia baru ini, Insya Allah kami bisa saving (menghemat) sampai 40 persen," Nanang Widyatmoko menuturkan.

PDAM juga mulai menggunakan inverter listrik untuk mengatur pompa dengan menyesuaikan beban listrik. Sehingga, biaya listrik bisa ditekan. 

"Harus kami imbangi dengan efisiensi, kalau tidak begitu, anggaran kami jebol," ucapnya.

Nanang menerangkan, penggunaan air baku dari sungai menjadi utama di Surabaya

Dari dari total kebutuhan pasokan air PDAM yang mencapai sekitar 12 ribu liter per detik, hanya sekitar 8 persen air baku yang diambil dari pegunungan (mata air Pasuruan).

Menurutnya, mata air pegunungan belum mampu untuk mencukupi permintaan air di Kota Pahlawan. 

"Surabaya sudah mengambil air dari Umbulan Pasuruan sebesar 750 ribu liter per detik. Kami sendiri punya (sumber mata air pegunungan) sebesar 300 ribu liter per detik. Sejauh ini, kalau dari sumber itu malah kurang begitu," ujarnya.

"Mau nggak mau, ambil dari Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM). Lebih aman (stok) dari sungai. Sebab, debit airnya besar (dibanding sumber pegunungan)," imbuh Nanang.

PDAM mengakui tak bisa bergerak sendiri dalam menanggulangi dampak perubahan iklim. 

Selain oleh pengelola, pihaknya juga mengajak pelanggan PDAM untuk bergerak.

Pihaknya meminta pelanggan untuk menghemat penggunaan air. 

"Dengan penggunaan air secara efektif maka produksi air juga bisa efisien sehingga biaya yang ditimbulkan bisa ditekan," tutup Nanang.

➢ IKUTI UPDATE BERITA MENARIK LAINNYA di GOOGLE NEWS SURYA.CO.ID

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved