SURYA Kampus
Sosok Junaidi, Anak Buruh Tani Kuliah Matematika di UM Surabaya Demi Jadi Guru di Kampung Halaman
Inilah sosok Junaidi Mustafa, anak buruh tani pilih kuliah Matematika di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya karena ingin jadi guru.
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Minimnya guru Matematika di kampung halaman, menjadi alasan Junaidi Mustafa mengambil kuliah jurusan Pendidikan Matematika di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
Selain itu, kecintaan Junaidi terhadap angka sudah muncul sejak kecil. Ia bahkan kerap mengikuti olimpiade Matematika di Flores, NTT.
“Kebetulan kan termasuk di wilayah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal) jadi bisa sekolah hingga sarjana itu rasanya bersyukur sekali."
"Karena kebanyakan di desa kami pemudanya memilih merantau ke Kalimantan."
"Kalau ndak gitu jadi nelayan setelah lulus sekolah,” ujar Jun-sapaan akrab Junaidi, dikutip dari laman UM Surabaya.
Cita-cita Jun berkuliah pun mendapat dukungan dari orang tuanya.
Juga karena Jun mendapat beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) dari pemerintah sehingga tak perlu memikirkan biaya kuliah.
Baca juga: Cerita Kinanti Bocah SD Jago Motret Bikin Guru Takjub, Hasil Jepretan bak Fotografer Profesional
Mengingat, Jun terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya, Mustafa Wahab, hanya buruh tani dengan penghasilan tak menentu sehingga terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Ada jagung dan padi yang ditanam ayahnya di lahan kosong. Dari hasil tersebut dibuat untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
“Kadang cukup kadang tidak, dulu pas masih sekolah SMA sering terlambat bayar SPP, alhamdulillah sekarang sudah terlunasi,” katanya.
Jun sebenarnya bukan sarjana pertama di keluarganya.
Ada kakaknya yang saat ini sudah jadi guru di Surabaya.
Jejak sang kakak sebagai guru pun diikuti oleh Jun. Bedanya, ia memilih kembali ke daerahnya, di Desa Lohayomg Kecamatan Solor Timur Flores.
“Pengenlah suatu saat jadi guru, kalau bisa malah punya tempat untuk memberikan les anak-anak terkait matematika."
"Karena masih banyak anggapan matematika itu pelajaran yang sangat sulit,” imbuhnya lagi.
Baca juga: Kisah Surya Resign Sebagai Analis di Singapura karena Hidup Tak Tenang, Pilih Ternak Domba di Blitar
Tempuh Perjalanan Jauh
Perjalanan Jun dari NTT ke Surabaya pun tak main-main.
Ia sempat bekerja sebagai nelayan dan pekerja kasar. Uang itu ia kumpulkan untuk biaya transport ke Surabaya dengan menaiki kapal.
“Saya naik kapal laut 4 hari 3 malam sendiri. Sebenarnya agak takut, tapi karena mimpi saya lebih besar, jadi rasa takutnya hilang,” imbuhnya lagi.
Menurut Jun, nasihat ayahnya selalu dia ingat.
Jika ayahnya bekerja di bawah terik matahari, anaknya harus bisa lebih baik kerjanya.
Jun juga berjanji, ia akan memberikan yang terbaik untuk keluarganya dan desanya.
“Perjuangan orang tua sudah berat, lewat pendidikan ini saya tidak akan menyia-nyiakan."
"Saya akan bertanggung jawab dan memberikan yang terbaik untuk apa yang telah dititipkan kepada saya, salah satunya kesempatan bisa berkuliah,” pungkasnya.
Ikuti berita selengkapnya di Google News Surya.co.id
SURYA Kampus
Junaidi Mustafa
UM Surabaya
kisah inspiratif
SURYA.co.id
Universitas Muhammadiyah Surabaya
surabaya.tribunnews.com
16 Produk Teknologi Tepat Guna KKN UMSurabaya Telah Didaftarkan HKI, Ini Pesan Armuji |
![]() |
---|
Grab dan Narasi Hadirkan Generasi Campus Roadshow 2025, Dimulai dari Surabaya |
![]() |
---|
Mahasiswa Untag Surabaya Hadirkan Inovasi IoT untuk Peternakan Ayam Petelur |
![]() |
---|
Rachmad Gobel : Pancasila Harus Hidup dalam Dunia Usaha |
![]() |
---|
Kongres IKAPENS, Tetapkan Didiet Kus Sam Radityo Jadi Ketua Umum |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.