Amalan Islam

Bulan Rabiul Awal Ramai Perayaan Maulid Nabi, Ustadz Abdul Somad Jelaskan Dalilnya 

Bulan Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw yang disebut bulan Maulid atau Maulid Nabi. 

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
ist
Ilustrasi maulid nabi 

SURYA.CO.ID - Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang istimewa bagi seorang Muslim. Sebab, bulan ini merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw yang disebut bulan Maulid atau Maulid Nabi

Diketahui, Nabi Muhammad Saw lahir pada hari Senin, tanggal 12 bulan Rabiul Awal

Di Indonesia, merayakan Maulid Nabi dengan menggelar acara pengajian dan doa bersama sudah menjadi tradisi. 

Tidak hanya pada tanggal 12 Rabiul Awal saja, melainkan selama masih di bulan Rabiul Awal

Lantas bagaimana hukum Maulid Nabi dalam Islam? Berikut penjelasan Ustadz Abdul Somad tentang dalil perayaan maulid nabi, didasarkan pada pendapat orang-orang saleh. 

Dalam sebuah ceramahnya, Ustadz Abdul Somad menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw selalu memperingati hari lahirnya yaitu hari Senin dengan berpuasa. 

"Hari itu dilahirkan, nabi sudah cerita tentang hari lahirnya. Nabi mengulang hari lahirnya tiap tahun tetapi setiap sepekan sekali di hari Senin. Bukan tiup lilin dan terompet, melainkan dengan cara beribadah kepada Allah Swt," kata Ustadz Abdul Somad dikutip dari kanal YouTube Irema Media yang diunggah 3 Februari 2018 lalu, Jumat (20/9/2024). 

Selain itu, Ustadz Abdul Somad menjelaskan tiga dalil lainnya tentang perayaan Maulid Nabi, dikutip dari akun YouTube Para Pejalan yang diunggah pada 17 November 2018 sebagai berikut. 

Dalil yang pertama, Ustaz Abdul Somad mengatakan soal Imam Ibnu Hajar al-' Asqalani dikutip Jalaluddin as-Suyuthi tentang Nabi Muhammad SAW sampai ke Madinah. 

Nabi menjumpai orang Yahudi tak makan dan tak minum. 

'Nabi bertanya, hari apa ini kenapa kalian tak makan? Kenapa kalian tak minum?', 

Mereka menjawab 'hari ini Allah menyelamatkan Musa dan hari ini Allah menenggelamkan Firaun. 

Itulah yang disebut hari Asyura tanggal 10 Muharram," jelas UAS. 

UAS melanjutkan maknanya, bahwa pada tangga 10 Muharram Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil berpuasa. 

"Maka apa kata Nabi? 'Aku lebih berhak daripada Musa dari pada kalian, maka Nabi melaksanakan puasa. Umat Islam melaksanakan puasa, setiap tahun setiap tanggal 10 Muharram. Kalau pada tanggal 10 Muharram setiap tahun boleh diulang-ulang padahal Musa diselamatkan sudah 3000 tahun yang lalu. Diulang puasa itu setiap tahun karena bersyukur kepada Allah. Kalau selamatnya Musa boleh diulang tiap tahun, apalagi selamatnya Nabi Muhammad SAW," terang UAS kepada jamaah yang hadir. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved