Berita Lumajang

Panen Besar Berkat Persilangan Tembakau Lokal dan Varian Burley, Petani Lumajang Tembus Ekspor

Sejak menggeluti tanaman tembakau tahun 2000 silam, kini Mardi telah menamam tembakau di lahan seluas 10 hektare.

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Deddy Humana
surya/erwin wicaksono (erwin)
Mardi (58), warga Desa Pulo, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang memetik hasil kreativitasnya menyilangkan tembakau varietas burley dengan tembakau lokal. 

SURYA.CO.ID, LUMAJANG - Mardi (58), warga Desa Pulo, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur memetik hasil manis dari kreativitasnya mengawinsilangkan tembakau varietas Burley dengan tembakau lokal. 

Saat ini, kualitas panen tembakau persilangan yang dikembangkan Mardi tersebut menembus pasar mancanegara. Mardi menamai tembakau itu burjo atau singkatan dari Burley Jowo.

"Awalnya saya menyilangkan serbuk bunga jantan tembakau Burley ke bunga betina tanaman tembakau lokal. Terbukti kini kualitas tembakaunya memang lebih unggul," ujar Mardi ketika dikonfirmasi, Jumat (13/9/2024).

Tanaman tembakau milik Mardi terlihat menarik. Tinggi tanaman tembakau burjo tersebut mencapai 2 meter, selain itu daunnya melimpah dengan ukuran besar. 

Satu tanaman tembakau bisa tumbuh 20 helai daun.  Lebar daun juga terlihat menjulur dengan diameter mencapai 70 centimeter lebih.

Mardi menuturkan, produktivitas  tembakau persilangan tersebut begitu tinggi. Apalagi saat musim kemarau seperti ini.  Menurutnya, dalam 1 hektare lahan bisa menghasilkan panen 2,5 ton daun tembakau.

Sejak menggeluti tanaman tembakau tahun 2000 silam, kini Mardi telah menamam tembakau di lahan seluas 10 hektare.

"Harga sekarang Rp 60.000 per KG, itu untuk jenis BF1 atau jenis yang paling unggul. Sekali panen 2,5 ton per hektare tinggal dikalikan saja," sebutnya.

Jika dikalkulasi, omzet yang didapat Mardi dari  sekali panen tembakau di lahan seluas 10 hektare mencapai Rp 150 juta. Setiap tahun, Mardi bisa panen dua kali.

"Itu masih omzet. Untuk biaya produksi juga cukup mahal, mencakup tenaga kerja, sewa lahan dan perawatan. Saya hitung 1 hektare habis biaya Rp 55 juta," sebutnya.

Agar mendapatkan hasil tanaman tembaku yang kokoh, tahan layu dan kuat hama, Mardi menyebut proses yang dilalui juga cukup panjang.

Menurut Mardi, tembakau termasuk jenis tanaman yang rewel. Tanaman tembakau butuh asupan nutrisi yang tepat sebagaimana jadwal pemberian pupuk.

"Perawatan harus rutin agar tumbuh optimal. Pada masa awal tanah, lahan harus gembur dengan cara dibajak. Kemudian dikasih kapur dolomit. Kemudian pada masa setelah tanam harus rutin pemberian pupuk organik dan kimia. Juga diselingi dengan trichoderma," ungkap Mardi.

Kini Mardi telah bermitra dengan PT AOI untuk memasok tembaku jenis BF1 atau jenis panen yang paling unggul. Jenis tersebut laku di pasaran ekspor. "Kami memasok untuk AOI dengan skema kemitraan. AOI mengekspor ke Amerika Selatan, seperti Brasil," jelasnya. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved