Berita Tulungagung

Sejak Januari hingga Awal September 2024, Ada 59 Kali Kebakaran di Tulungagung, Ini Penyebabnya

Selama rentang Januari hingga awal September 2024, telah terjadi 59 kali kebakaran di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
Istimewa
Kebakaran Tugas Laundry di Jalan Yos Sudarso Tulungagung pada Rabu (14/8/2024) silam. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Selama rentang Januari hingga awal September 2024, telah terjadi 59 kali kebakaran di wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Jatim).

Khusus di Bulan Agustus 2024 ada 16 kebakaran, sejauh ini menjadi angka kebakaran yang tertinggi dalam 1 bulan. Tiga di antaranya merupakan kebakaran skala besar yang melanda bangunan perusahaan.

Sementara, 30 persen di antaranya bersumber dari pembakaran sampah yang ditinggalkan.

“Kami berharap di sisa waktu tahun 2024 ini tidak ada lagi. Karena tahun lalu jumlah kebakaran mencapai 77 kejadian,” jelas Kasi Operasional Damkar Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Tulungagung, Bambang Pidekso, Sabtu (7/9/2024).

Kebakaran skala besar pertama terjadi di toko sekaligus gudang peralatan rumah tangga di Desa Bendiljati Kulon, Kecamatan Sumbergempol pada 16 Januari 2024.

Seluruh bagian bangunan beserta isinya ludes terbakar, dengan kerugian mencapai Rp 1,5 miliar. 

Kebakaran kedua, di gudang petshop yang berisi makanan dan aksesori binatang kesayangan di Desa Kepuhrejo, Kecamatan Ngantru pada 29 Februari 2024, sekitar pukul 20.30 WIB.

Seluruh isi gudang dan bangunan mengalami kerusakan total, hingga menyebabkan kerugian sekitar Rp 3 miliar.

Kebakaran ketiga di peternakan ayam modern di Desa Pulosari, Kecamatan Ngunut pada Senin (24/7/2024) siang.

Kebakaran yang meludeskan bangunan 3 lantai beserta 63.000 ayam berusia 5 hari, menimbulkan kerugian Rp 8 miliar.

“Ada dua faktor, yaitu alat pemadam kebakaran yang kurang memadai dan orang-orangnya kurang terlatih,” sambung Bambang.

Menurutnya, untuk perusahaan besar, seharusnya seluruh pekerjanya dilatih untuk menghadapi kebakaran.

Mereka harus diberi pemahaman dari mana saja sumber api yang mungkin muncul di tempat kerjanya.

Lalu mereka juga dilatih untuk memadamkan api dengan alat sederhana sampai dengan alat modern yang dimiliki. 

“Pelatihan ini setidaknya rutin satu kali dalam satu tahun. Selain untuk menyegarkan pekerja lama, ada karyawan baru yang belum punya pengetahuan,” ujar Bambang.

Untuk kantor atau perusahaan, setidaknya setiap 15 meter persegi ada satu alat pemadam api ringan (APAR) berukuran minimal 3 kg.

Namun, Bambang tidak menyarankan ukuran Apar lebih dari 5 kg, agar tidak menyulitkan pekerja perempuan.

Apar juga disarankan bukan yang di bawah 3 kg, karena Apar ukuran kecil ini biasanya untuk mobil.

“Selama ini instansi yang paling banyak mengadakan pelatihan penanggulangan kebakaran adalah klinik kesehatan dan puskesmas,” ungkap Bambang.

Dari tiga kebakaran besar ini, 2 di antaranya diduga disebabkan hubungan pendek arus listrik.

Sementara kebakaran di Bendiljati Kulon berasal dari pembakaran sampah di samping tembok gudang.

Khusus untuk pembakaran sampah, menyumbang 30 persen penyebab kebakaran.

Biasanya bermula dari pembakaran sampah yang tidak diawasi dan ditinggal. Tanpa disadari api merembet ke arah bangunan sehingga terbakar.

Ada pula dari pembakaran sampah yang ditiup angin, ada bara yang terbang dan hinggap di barang yang mudah terbakar.

“Saran jika membakar sampah saat kemarau, tunggui sampai apinya padam. Kalau akan ditinggal, pastikan tidak ada bara yang tersisa,” tegas Bambang.

➢ IKUTI UPDATE BERITA MENARIK LAINNYA di GOOGLE NEWS SURYA.CO.ID

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved