Pilgub DKI Jakarta

Tekad Rano Karno Maju Jadi Cawagub DKI Jakarta : Gua Kayak Dibisikin Almarhum Babeh

Rano Karno menjawab pertanyaan bagaimana awal dia ditunjuk oleh Megawati menjadi Cawagub DKI Jakarta 2024 mendampingi Pramono Anung

Editor: Fatkhul Alami
Tribunnews.com/Jeprima
Rano Karno menjawab pertanyaan bagaimana awal dia ditunjuk oleh Megawati menjadi Cawagub DKI Jakarta 2024 mendampingi Pramono Anung 

SURYA.co.id | JAKARTA - Pendaftaran Calon Kepala Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta untuk gelaran Pilkada Serentak 2024 telah resmi ditutup pada 29 Agustus 2024 pukul 23.59 WIB. Namun pendaftaran. Ada tiga pasangan Calon Gubernur (Cagub) dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta yang bakal bertarung di Pilkada Serentak 2024. Mereka itu,  yakni Pramono Anung-Rano Karno, Ridwan Kamil-Suswono, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana.

Sederet pertanyaan masih bergelayut di kepala publik lantaran nama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang santer diisukan bakal diusung PDI Perjuangan di detik-detik akhir justru batal maju. Cerita apa yang ada di balik hal itu? Apa pertimbangan PDI Perjuangan akhirnya memilih duet Pramono Anung - Rano Karno untuk maju?

Dalam wawancara eksklusif bersama Tribunnews.com, Rano Karno menjawab pertanyaan mengenai beberapa hal tersebut. Termasuk bagaimana awal dia ditunjuk oleh Megawati menjadi Cawagub DKI Jakarta 2024 mendampingi Pramono Anung. Berikut petikan wawancara lengkapnya :

Kemarin Anda bertemu Mas Anies di CFD (Car Free Day). Apa yang diobrolin di pertemuan itu?

Satu. Nggak ada rencana. Nggak didesain. Nggak ada (settingan). Jadi kebetulan hari itu saya ada kegiatan. Yang pertama kegiatan fun walk antara SMA 6, SMA 9, dan SMA 11. Jadi ini semua SMA di Bulungan bergabung. Fun walk, nggak ada urusan sama Cawagub. Jadi ini mesti dipisahin. Pagi-pagi saya sudah di sana jam 06.00. Ya cuma iniin (mengibar) bendera (start). Habis itu memang Mas Pram mau jalan. "Wah, kalau jalan ikutin Mas". Aku ada di GBK (Gelora Bung Karno) kan. Sudah, ikut jalan. Kita pikir jalannya deket. Bayangin, dari GBK sampai ke Bundaran HI (Hotel Indonesia). "Aduh. Mas, ini sampe sono?" "Loh iya, aku kalau ke sini biasanya ke sana." "Mati gua bilang."

Jadi singkat kata, waktu kita jalan menuju HI. Memang tim kita lihat, lho ada Mas Anies. Jadi nggak ketemu lah, kita ke sana, Mas Anies ke sini. Jadi sebetulnya nggak dalam perencanaan. Singkat kata sampai HI, ya maaf, kita nggak kampanye, kita sosialisasi. Terutama Mas Pram juga ternganga-nganga. Dia juga kaget. Orang kenal yang namanya Pramono, tapi orang nggak tahu yang mana orangnya. Gitu kan? Jadi kemarin, "wah gua terkenal juga Dul ye". Jadi dia baru tahu. Orang mungkin kenal dia. Tapi orang mungkin, yang mana sih orangnya.

Nah pulang, arah pulang, udah mau pulang. Eh ada orang, eh ada Mas Anies di situ kan. Dia mau pulang juga, dia lagi di ujung. Udah kita, ke situ. Ketemu lah. Kaget juga dia, bukan kaget. Wah ke sini juga. Akhirnya singkat kata ya, sebetulnya ah kalau dia sama Mas Pramono kan jauh lebih cair ya. Saya kenal dengan Mas Anies cuma mungkin tidak secair dengan Mas Pram. Begitu kan?

Jadi sebetulnya itu saja. Ujung-ujung saya cuma bilang, "Bang bantuin kita. Lu jadi ketua tim pemenangan gua ye?" "Ye entar gue pikirin." Jadi singkat kata begitu.

Keluar begitu saja ya?

Keluar begitu saja. Makanya kita juga nggak siap-siap. Mas Anies juga nggak siap untuk ya istilahnya ya.. Alhamdulillahnya itu rezeki semesta.

Katanya rezeki anak soleh?

Iya rezeki anak soleh bisa ketemu. Aduh, saya harus cerita sedikit aja. Waktu beliau datang ke DPP, kan kebetulan saya yang nemenin. Ya kan? Pasti mau nanya itu. Nah sebetulnya kalau boleh saya cerita jadi memang setiap hari DPP itu rapat. Kita kan lagi menyiapkan Pilkada seluruh Indonesia. Kebetulan saya kan Ketua DPP. Ikutlah dalam rapat itu. Saya mendengar, memang Mas Anies bertanya, "Bang ada di mana?" "Aku ada di BKN." "BKN itu di mana?" "BKN itu ada di gedung B," saya bilang. "Udah saya ke sana." Udah, ngobrol kan.

Saya kalau pakai baju merah, memang sudah SOP kalau rapat DPP harus pakai baju merah, harus pakai kopiah Bung Karno. Jadi memang tidak terpikir itu hari ada pengumuman. Singkat kata, Bang Anies ketemulah sama saya. Ngobrol. "Ini kantor apa, Dul?" Saya bilang, "Mas ini BKN. Aku kan Sekretaris Badan Kebudayaan Nasional." "Oh di sini." Ngobrol lah di situ. Singkat kata ini kita gimana ini?

Memang seminggu sebelumnya saya sudah dengar. Walaupun saya, ah ini yang bener si ah? Saya jujur sebetulnya udah nggak mau. Nggak mau, wallah saya nggak mau. Bukan saya mengada-ngada ya. Artinya kenapa saya nggak maju di Banten. Saya sadar, istilahnya hasil Pileg saya, saya nomor 3. Nomor 1 Airin. Nomor 2 Habib dari PKS. Saya nomor 3. Jadi itu menjadi satu tolok ukur lah.

Saya bilang, sudahlah, saya ingin sekali di Komisi X saja. Kebetulan memang beban Komisi X ini kita sedang menyusun Panja biaya pendidikan. Ini kan lagi menarik kan. Mandatory 20 persen dari APBN ini kita nggak pernah tercapai. Itu yang sedang kita fokus. Jadi sebetulnya aku ingin itu.

Sumber: Surya Cetak
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved