Amalan Islam

Rabu Wekasan dalam Islam dan Sejarah Singkatnya

Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan dalam tradisi Jawa adalah ritual tolak bala. Tradisi ini berlangsung setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
SURYA.co.id/Istimewa
Rabu Wekasan dalam Islam dan Sejarah Singkatnya 

SURYA.CO.ID - Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan dalam tradisi Jawa adalah ritual tolak bala. Tradisi ini berlangsung setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar yang disebut penuh kesialan. Lantas, bagaimana hukum Rabu Wekasan dalam Islam?

Menurut Kalender Hijriyah, Rabu Wekasan tahun ini bertepatan pada tanggal 4 September 2024. Adapun peringatan Rabu Wekasan biasa dilakukan sejak malamnya yaitu Selasa malam Rabu.

Biasanya terdapat sejumlah kegiatan yang ditujukan untuk tolak bala di haru Rabu terakhir bulan Safar tersebut.

Hukum Rabu Wekasan Menurut Islam

Dikutip dari buku Amalan Shalat Rebo Wekasan oleh Ulin Nuha Mahali, masyarakat jahiliyah kuno termasuk bangsa Arab juga meyakini kepercayaan bahwa bulan Safar adalah bulan sial.

Namun, Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadist menegaskan larangan berprasangka buruk terhadap bulan Safar.

Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallah 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada Bulan Safar." [H.R. Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Dawud 3911, Ahmad (II/327)].

Sehingga, mempunyai kepercayaan hari sial di bulan Shafar termasuk hal yang dilarang dalam agama.

Dikutip dari Majalah Aula edisi Januari 2012, seorang ahli hadits dari Syria Imam Ismail Muhammad al-'Ajaluny al-Syafi'i menjelaskan: "Kesimpulannya, bahwasanya merasa takut dengan adanya hari Rabu di akhir bulan Shafar dengan cara tathoyyur dan punya keyakinan seperti akidahnya ahli nujum, maka hukumnya haram yang amat sangat," (Kasyful Khofa wa Muzilul Ilbas. Jilid I, hal. 13) 

Namun, apabila merasa khawatir dengan datangnya malapetaka, maka dianjurkan untuk memperbanyak doa dan berdzikir kepada Allah Swt. Hal ini, bisa dilakukan kapan pun, tidak harus bertepatan dengan Rabu Wekasan.

Baca juga: Rabu Wekasan Disebut Hari Terjadinya Malapetaka? Simak Penjelasan Buya Yahya

Sejarah Rabu Wekasan Singkat

Sejarah Rabu Wekasan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh Kerajaan Champa, seperti dikutip dari buku Tanya Jawab Seputar Atlas Wali Songo Karya KH. Agus Sunyoto oleh Sahabat PAI 3A.

Dalam artikel Kompas.com dijelaskan, Kerajaan Champa merupakan kekuasaan yang pernah berdiri di wilayah Vietnam Selatan.

Kerajaan yang berdiri sejak akhir abad ke-2 hingga abad ke-19 tersebut awalnya bercorak Hindu-Buddha.  

Dalam perkembangannya, Champa berubah corak menjadi kerajaan Islam yang berpengaruh di Asia Tenggara.

Bahkan, Kerajaan Champa dikatakan mempunyai peran penting dalam proses Islamisasi di Jawa.

Rabu Wekasan merupakan salah satu tradisi keagamaan Champa yang dibawa ke Nusantara.

Tradisi ini kemudian dikembangkan oleh masyarakat Jawa muslim menjadi tradisi keagamaan khas muslim.

Lantas bagaimana dengan amalan-amalan Rabu Wekasan yang berkembang dalam Islam?

Amalan Doa Rabu Wekasan

Dikutip dari laman Pondok Pesantren Langita, berikut bacaan doa tolak bala jika merasa khawatir akan datangnya malapetaka.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ – أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّ هَذَا الزَّمَانِ وَأَهْلِهِ، وَأَعُوذُ بِجَلَالِكَ وَجَلَالِ وَجْهِكَ، وَكَمَالِ جَلَالِ قُدْرَتِكَ أَنْ تُجِيرَنِي وَوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِي وَأَهْلِي وَأَحِبَّائِي، وَمَا تُحِيطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِي مِنْ شَرِّ هَذِهِ السَّنَةِ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فِيهَا، وَاصْرِفْ عَنِّي شَرَّ شَهْرِ صَفَرَ، يَا كَرِيمَ النَّظَرِ، وَاخْتِمْ لِي فِي هَذَا الشَّهْرِ وَالدَّهْرِ بِالسَّلَامَةِ وَالْعَافِيَةِ وَالسَّعَادَةِ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَأَوْلَادِي وَالأَهْلِ وَمَا تَحُوطُهُ شَفَقَةُ قَلْبِي وَجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ – وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Terjemah: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Semoga Allah Ta’ala memberikan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarganya dan seluruh sahabatnya – Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan zaman ini dan para penghuninya. Aku berlindung dengan keagungan-Mu, keagungan wajah-Mu, dan kesempurnaan keagungan kekuasaan-Mu, agar Engkau melindungi aku, kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, orang-orang yang kucintai, dan semua yang dikasihi hatiku dari kejahatan tahun ini. Lindungilah aku dari kejahatan yang telah Engkau tetapkan di dalamnya. Jauhkanlah dariku kejahatan bulan Safar, wahai Dzat yang mulia pandangannya. Dan akhiri bulan ini dan masa ini dengan keselamatan, kesehatan, dan kebahagiaan untukku, kedua orang tuaku, anak-anakku, keluargaku, semua yang dikasihi hatiku, dan seluruh kaum Muslimin. Semoga Allah Ta’ala memberikan shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta keluarganya dan sahabatnya, dan semoga Allah memberikan keselamatan.”

Itulah penjelasan lengkap mengenai tradisi Rabu Wekasan dan hukumnya menurut pandangan Islam.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved