Potret TMMD ke-121, Jalan Mulus Bangkitkan Asa di Kampung Seniman Reog

TMMD ke-121 di Desa Selur juga menjadi potret nyata kehadiran prajurit-prajurit TNI yang tangguh, penuh semangat juang dan berdedikasi tinggi

|
Editor: Cak Sur
Istimewa
Warga Desa Selur mulai menikmati akses jalan yang usai dibangun pada TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo. 

Oleh : Dansatgas TMMD ke-121 Kodim 0802/Ponorogo, Letkol Inf Dwi Soerjono

SURYA.CO.ID, PONOROGO - Meski ayam jantan belum berkokok dan udara dingin masih tebal menyelimuti, Isna Nuryadi (43), warga Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo, sudah mulai terbangun dari tidurnya. Meski rasa kantuk belum sepenuhnya hilang, tak ada sedikit pun kata malas tertanam di benaknya. Semua demi satu tujuan, demi beban yang harus dipikulnya sebagai kepala keluarga.

Sebagai muslim yang taat, Isna tak lupa menjalankan salat tahajud dilanjut salat subuh berjamaah di musala kecil dekat rumahnya yang sudah menjadi kebiasaannya selama ini. Selepasnya barulah ia mulai membersihkan diri dan bersiap untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Dengan mengenakan celana warok dan kaos oblong berwarna merah, ia mulai menaiki sepeda motor bututnya dan bergegas pergi ke tempat paguyuban Reognya, Gerbang Mas. 

Pagi itu, sesuai profesinya sebagai seniman Reog, ia dan rekan-rekannya sedang mendapatkan pekerjaan untuk melakukan pertunjukan di sebuah pesta hajatan di desa sebelah. Dengan aksinya yang menghibur orang, maka akan ada kepastian rezeki yang didapat dan membuat dapur di rumahnya bisa tetap mengebul.

Reog yang merupakan kesenian khas dari Ponorogo yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) bangsa Indonesia, bagi pria yang hanya tamat SMP itu adalah segala-galanya. Tempatnya menaruh harapan besar di kehidupannya selama ini. Apalagi hanya itu keterampilan yang dimiliki untuk menjalani kerasnya hidup yang dilalui. 

Beratnya kehidupan yang dilalui Isna juga sama dengan dadak merak yang selalu dimainkannya sebagai pembarong yang merupakan karakter utama dalam setiap pertunjukan Reog. Dadak merak adalah topeng besar berkepala singo barong yang digunakan dalam tarian Reog. Dadak merak biasanya berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar 2,30 meter, dan berat hampir 50 kilogram. Karena berat dan harus ditopang dengan gigi saat memainkannya, ia mengaku beberapa giginya telah menjadi korban.

Karena tak punya pilihan, bermain Reog adalah sumber kehidupan keluarganya yang telah digelutinya selama lebih dari 20 tahun. Meski telah puluhan tahun, kehidupan Isna masih jauh dari kata sejahtera. Penghasilannya sebagai seniman Reog tidak seberapa. Jangankan memiliki tabungan, cukup untuk makan sehari-hari dan biaya sekolah kedua anaknya saja sudah beruntung. Kendati demikian, ia mengaku tetap bersyukur dengan kehidupannya saat ini.

"Sebenarnya ingin bisa merubah nasib, tapi bingung mau kerja apa. Mau jadi petani, sawah juga tidak punya, paling juga buruh serabutan. Jadi berapa pun hasilnya ya disyukuri dan dicukup-cukupin untuk kebutuhan keluarga,” kata Isna Nuryadi ditemui beberapa waktu lalu.

Baginya, bermain Reog tidak hanya sekedar untuk mencari nafkah, tapi juga sebagai upaya untuk terus melestarikannya. Terlebih saat ini banyak masyarakat yang lebih memilih hiburan lainnya, seperti pertunjukan musik dangdut dan campur sari yang lebih banyak digandrungi oleh anak-anak muda. Padahal kesenian Reog merupakan salah satu simbol keberagaman dan kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Isna Nuryadi (berdiri kanan) saat bersama rekan-rekannya paguyuban Reog Gerbang Mas.
Isna Nuryadi (berdiri kanan) saat bersama rekan-rekannya paguyuban Reog Gerbang Mas. (Istimewa)

Meski Reog telah mendunia, kehidupan Isna dan puluhan seniman Reog yang ada di Desa Selur tak jauh beda. Kehidupan mereka yang masih jauh dari kata sejahtera berbanding lurus dengan sulitnya kehidupan masyarakat di Desa Selur. Kondisi itu tidak terlepas dari kurangnya akses jalan yang layak guna mendukung aktivitas warga sehari-hari. 

Di sana dapat dengan mudah kita jumpai akses jalan yang hanya berupa tanah liat dan berbatu. Jalan berlumpur dan licin sudah menjadi pemandangan sehari-hari saat musim penghujan tiba. Hal itu juga semakin melengkapi kerasnya perjuangan warga di sana untuk terus mencari rupiah demi rupiah guna tetap dapat bertahan hidup.

Namun kini masyarakat Desa Selur mulai bisa tersenyum dan mempunyai harapan besar berkat hadirnya TMMD ke-121 Kodim 0802 Ponorogo yang merambah desa mereka. Bukan tanpa alasan, pada TMMD di Bumi Reog, sebutan lain Ponorogo, dilakukan berbagai pembangunan infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan desa tersebut. Tercatat ada 13 sasaran rabat jalan, 1 sasaran pelebaran jalan, 3 sasaran makadam jalan, dan 4 sasaran tanggul penahan jalan atau talud. 

Buka Peluang Majunya Desa Berpotensi

Di balik kurangnya akses jalan yang layak, Desa Selur yang wilayahnya merupakan daerah pegunungan sebenarnya memiliki banyak potensi yang bisa untuk terus dikembangkan dan menjadikan desa tersebut maju. 

Salah satunya dari sektor pertanian porang yang telah mampu menembus pasar ekspor. Tercatat di tahun 2024, sebanyak 3.000 ton porang dari Desa Selur berhasil dikirim untuk memenuhi kebutuhan pasar di luar negeri.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved