Traveling

Keelokan Pulau Moyo Surganya Kakatua Kecil Jambul Kuning Kini Diambang Punah

Terjadinya pembalakan hutan secara liar juga burung kakatua kecil jambul kuning yang menjadi salah satu ikon di ambang punah

Editor: Wiwit Purwanto
Gandhi Wasono
Burung kakatua kecil jambul kuning (cacatua sulphurea occidentalis) yang menjadi salah satu ikon di ambang kepunahan akibat perburuan 

Tujuan lain Ruslan direkrut sebagai petugas MMP sejak tahun 2021 tersebut untuk membantu petugas agar tidak terjadi perburuan liar pada burung kakatua kecil jambul kuning (cacatua sulphurea occidentalis).

Dulu cerita Ruslan, pulau Moyo tidak hanya dikenal dengan kelebatan hutan dan keindahan lautnya saja tetapi sebagai habitat utama kakatua jambul kuning.

“Moyo ini dulu menjadi surga-nya kakatua jambul kuning. Orang dengan mudah menemui burung tersebut berterbangan di angkasa atau bertengger di dahan-dahan pohon. Bahkan dulu burung tersebut tidak hanya di hutan tetapi juga masuk wilayah perkampungan penduduk. Tapi sekarang jarang ditemui, masuk hutan pun jarang terlihat,” katanya dengan nada menyayangkan.

Kepunahan burung tersebut disebabkan ulah pemburu liar yang melakukan penangkapan secara masif lalu menjualnya ke pasar gelap.

“Kalau sekarang kita tidak saling bahu membahu menjaganya dengan ketat bisa dipastikan burung bersuara indah dan memiliki kecerdasan dengan kemampuan menirukan suara manusia tersebut bakal punah dan hanya menjadi cerita belaka,” paparnya lagi.

Duduk diatas batang pohon yang sudah rubuh sambil mengisap rokok dalam-dalam Ruslan menceritakan dulu jumlah kakatua di Moyo mencapai ribuan ekor namun sekarang hanya tinggal puluhan saja.

Proses perkembangbiakkannya kakatua sendiri berjalan lambat. Setiap musim telur, seekor kakatua betina hanya bertelur dua butir untuk dierami. Dan biasannya para pemburu liar mencuri anakan kakatua yang barusan pecah dari cangkangnya dengan cara dirogoh dari luar lubang sarang.

“Karena yang diambil adalah anakan sehingga tidak ada proses regenerasi jadinya lama kelamaan jumlahnya semakin sedikit,” ujarnya.

Ruslan yang sudah menjelajah ke seluruh sudut hutan pulau Moyo tersebut mencatat saat ini ada 13 sarang burung yang masing-masing sarangnya didiami sekitar 4-8 ekor burung.

“Sebagian besar kakaktua membuat sarang di pohon binong di ketinggian sekitar 15-20 meter dari atas tanah,” ujarnya.

Nama Ruslan sangat dikenal dan disegani di kalangan para pemburu liar. Karena itu pemburu liar tidak berani menjamah pohon yang ada sarang burung yang dilindungi oleh undang-undang tersebut.

“Itulah mengapa setiap pohon yang diatasnya terdapat sarang burung maka dibagian bawah dekat pangkal selalu saya beri nama saya, biar mereka tidak berani macam-macam,” kata Ruslan yang keikutsertaanya sebagai tenaga MMP adalah bagian dari kerja sosial karena tidak mendapat upah dari lembaga manapun.

“Kecuali setiap 2 atau 3 bulan sekali diajak patroli oleh petugas Polhut baru mendapat upah harian sebesar Rp 150 ribu,” tambahnya.

Sebagai orang kecil yang tinggal di pulau diperlukan usaha mencari tambahan penghasilan demi menghidupi istri dan anak-anaknya.

Selain sebagai pencari madu di bulan September sampai Januari sehari-hari dia juga merawat ternak milik orang lain dengan sistem bagi hasil serta berkebun jambu mete.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved