SURYA Kampus
Sosok Love's, Anak Penjual Rempeyek di Probolinggo Jatim Masuk UGM Tanpa Tes dan Dapat Kuliah Gratis
Anak penjual rempeyek asal Probolinggo, Jawa Timur (Jatim) berhasil diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tanpa tes. Ini sosoknya
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Anak penjual rempeyek asal Probolinggo, Jawa Timur (Jatim) berhasil diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tanpa tes.
Kini, ia juga mendapatkan kesempatan kuliah gratis berkat beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100 persen.
Terlahir dari keluarga sederhana tak membuat Love's menyerah.
Anak bungsu dari pasangan Yuli Nur Hasan (53) dan Eny Rosida (52) ini sebenarnya terlahir dari keluarga yang berkecukupan.
Namun, kondisi tersebut berubah drastis sejak orang tuanya mengalami kecelakaan pada 2017 lalu.
"Sejak saat itu ayah mengalami cedera ditambah beliau divonis mengidap diabetes sehingga tidak bekerja lagi,” papar gadis asal Kelurahan Kanigaran, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dikutip dari laman UGM.
Sejak saat itu perekonomian keluarga Love's terguncang karena tak ada pemasukan.
Tak ayal, keluarga mau tak mau harus menjual aset yang dimiliki untuk bertahan hidup.
Baca juga: Rejeki Nomplok Bocah SD Yatim Piatu Bertahan Hidup dengan Jualan Es, Tumor Payudara Segera Diobati
Sang ibu kemudian memilih berjualan bumbu pecel dan menerima pesanan rempeyek dari tetangga.
Mereka juga terpaksa menjual aset yang dimiliki untuk bertahan hidup.
Jualan Sejak SD
Tak ingin merepotkan orang tua, Love's pun berinisiatif mencari uang jajan dengan berjualan.
Sejak SD, ia berjualan tas, stiker, masker wajah, aksesoris, dan kerudung.
Hal itu ia lakoni hingga akhir SMA. Saat akhir SMA, Love’s terpaksa berhenti berjualan karena sepi peminat.
“Saya juga sempat bekerja sebagai pramuniaga di butik dan menjadi host live sebuah online shop."
"Saya mengatakan kepada orang tua bahwa nantinya saya juga akan berusaha membantu mencukupi kebutuhan kuliah saya sendiri. Saya sudah terbiasa berjuang, jadi saya juga akan selalu berjuang untuk mimpi-mimpi saya,” urainya.
Berprestasi Sejak SD
Meski dalam kondisi penuh keterbatasan, Love’s tidak lantas menyerah untuk memperjuangkan mimpinya.
Hebatnya, meski harus berbagi waktu mencari rupiah demi rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia tetap konsisten untuk belajar dan berprestasi.
Sejak SD hingga SMA ia selalu menduduki peringkat terbaik di kelas. Sederet prestasi juga berhasil diraih Love’s sedari bangku sekolah dasar.
Bahkan ia menjadi peraih Nilai Rata-Rata UN Tertinggi Se-Kota Probolinggo di tingkat SD kala itu.
Di tingkat SMP, Love’s meraih Juara 1 Lomba Siswa Berprestasi Tingkat Kota Probolinggo tahun 2019 dan 2020.
Tak hanya itu, ia juga berhasil berhasil meraih juara 3 Lomba Menulis Essay Tingkat Kota Probolinggo dan menerbitkan novel berjudul "Love Yourself" di tahun 2019.
Deretan prestasi terus ditorehkan Love’s di bangku SMA mulai dari Juara 1 Lomba Musik Islami Tingkat Kota, Juara 3 OSN Ekonomi Tingkat Kota, Juara 1 Kompetisi Ekonomi Syariah Tingkat Kota, Juara 1 Olimpiade Akuntansi Tingkat Nasional Universitas Widyagama, Juara 1 OSN Ekonomi Tingkat Kota, Juara 1 Kompetisi Ekonomi Syariah Tingkat Kota, Juara 2 Juara National Accounting Competition Gadjah Mada Accounting Days, dan Juara 3 Olimpiade Ekonomi Tingkat Nasional PRE Universitas Jember.
“Setiap dapat hadiah dari lomba-lomba, saya selalu menyisihkan untuk membeli kebutuhan rumah,” ucapnya.
Melihat rekam jejak Love’s yang cukup baik di bidang akademis, para guru di sekolahnya, tepatnya SMA Negeri 1 Kota Probolinggo mendorongnya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Para guru meyakinkannya untuk tidak takut mengejar mimpi.
Awalnya, Love’s tidak pernah berani mengungkapkan keinginannya untuk berkuliah. Ia takut keinginan itu akan membebani orang tuanya.
Hingga dia berkonsultasi dengan Ketua Komite di sekolah yang meyakinkannya untuk membulatkan tekad mengejar mimpi. Akhirnya ia pun berani mengungkapkan keinginan untuk kuliah ke orang tuanya.
Ternyata, apa yang menjadi ketakutannya hanyalah ketakutan semata, kedua orang tuanya langsung memberikan dukungan penuh untuknya berkuliah.
Love’s mengatakan sang ibu adalah sosok yang selalu memotivasinya untuk terus menggapai mimpi.
Tidak sedikit perjuangan yang dilakukan sang ibu mendukungnya meraih pendidikan dan berprestasi.
“Mama merupakan sosok yang selalu memotivasi saya untuk tetap semangat di tengah banyaknya omongan-omongan yang meremehkan. Ada saja yang meremehkan mimpi saya, mereka bilang anak orang miskin mustahil untuk kuliah,” ucapnya.
Ia ingat betul bagaimana perjuangan sang ibu yang terus mendukungnya untuk terus kuat dan tidak lelah berjuang.
Salah satu yang cukup membekas dalam ingatannya adalah saat ia akan berangkat mengikuti olimpiade saat SMA. Waktu itu hujan turun cukup deras, sementara keluarganya sama sekali tidak memiliki jas hujan atau payung, bahkan uang untuk memesan ojek.
Sang ibu menerjang hujan berlarian dari rumah satu tetangga ke tetangga lainnya untuk meminjam jas hujan.
“Saat SMP saya terbiasa jalan kaki ke sekolah yang jaraknya sekitar 700 Km, saat hujan biasanya saya menunggu hujan reda di halte depan SMP."
"Pernah suatu hari hujan tidak kunjung reda dan Mama menjemput saya dengan sepeda dan jas pinjaman dari tetangga. Perjuangan orang tua demi saya benar-benar luar biasa,” jelasnya.
Pelangi Selepas Hujan
Ia mengungkapkan kuliah di UGM merupakan impian besarnya.
Kini doa dan ucapannya pun terkabul.
“Saya masih tidak percaya sudah sampai di titik ini."
"Rasanya perjuangan dan seluruh kesulitan yang saya alami kemarin sudah terbayarkan dengan mimpi ini yang menjadi kenyataan."
"Benar kata orang-orang bahwa perjuangan tidak akan mengkhianati hasil dan benar bahwa akan datang pelangi setelah hujan,” terangnya.
Ia pun tak henti mengucap syukur.
Sebab, tidak hanya diterima kuliah di FEB UGM tanpa tes saja, tetapi ia juga mendapatkan beasiswa UKT 100 % sehingga dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah.
“Sempat khawatir tidak bisa membayar UKT, tapi keluarga meyakinkan saya untuk terus berikhtiar dan bertawakal pada Allah dan benar ada jalannya."
"Saya sangat berterima kasih kepada UGM karena telah membantu saya dan membuktikan kalimat 'anak orang miskin tidak boleh kuliah' itu salah besar,” tegasnya.
Loves mengatakan memang tidak mudah menjalani hidup dalam keterbatasan. Namun, ia tidak pernah sekalipun berkecil hati.
Ia yakin betul semua memiliki kesempatan yang sama untuk meraih mimpi, meski harus dijalani dengan usaha dan kerja yang lebih keras.
”Kita hanya perlu berusaha, melakukan yang terbaik, yakin pada mimpi kita, dan selalu berdoa serta berserah kepada Allah pasti akan selalu memberikan pertolongan."
"Jangan lekas menyerah karena kerikil-kerikil yang kita temui di jalan kita nanti, sebab ketika tujuan kita tercapai rasanya akan sangat indah dan memuaskan,” pesannya.
Sementara sang ibu, Eny Rosida mengaku sangat bangga dan bahagia sang puteri bisa diterima kuliah di UGM dan tanpa dikenakan biaya.
Ia merasa mendapat keajaiban dari yang semula hanyalah mimpi menjadi kenyataan. Meski dalam kondisi yang serba pas-pasan, ia dan suami selalu mendukung penuh dan mengupayakan dengan segala cara untuk pendidikan putrinya.
“Tidak peduli seberapa sulitnya, kami akan usahakan untuk mendukung putri kami menggapai cita-citanya. Kami berharap nantinya Love’s bisa sukses, mengangkat derajat keluarga, dan bermanfaat sekitar. Harapannya ia jadiperempuan hebat yang menginspirasi dan takut serta beriman kepada Allah,” pungkasnya.
anak penjual rempeyek
SURYA.co.id
Universitas Gadjah Mada (UGM)
Probolinggo
Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com
Pasca ORI Campak di Sumenep, FK Unair Tekankan Pentingnya Imunisasi Berkelanjutan |
![]() |
---|
Sosok Lima Kandidat yang Maju dalam Pemilihan Dekan FK Unair 2025–2030 |
![]() |
---|
16 Produk Teknologi Tepat Guna KKN UMSurabaya Telah Didaftarkan HKI, Ini Pesan Armuji |
![]() |
---|
Grab dan Narasi Hadirkan Generasi Campus Roadshow 2025, Dimulai dari Surabaya |
![]() |
---|
Mahasiswa Untag Surabaya Hadirkan Inovasi IoT untuk Peternakan Ayam Petelur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.