Berita Ponorogo
Profil Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo yang Hari Raya Idul Adha 2024 Beda dari Pemerintah
Inilah profil Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo yang memutuskan Hari Raya Idul Adha 2024 beda dari pemerintah.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id, PONOROGO - Inilah profil Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo yang memutuskan Hari Raya Idul Adha 2024 beda dari pemerintah.
Diketahui, melalui Kementerian Agama (Kemenag), pemerintah secara resmi menetapkan Hari Raya Idul Adha 2024 jatuh pada Senin (17/6/2024).
Keputusan tersebut diumumkan oleh Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki, setelah Sidang Isbat penentuan 1 Zulhijah 1445 Hijriah di Kantor Kemenag Jakarta pada Jumat (7/6/2024).
Sedangkan Pondok Gontor memutuskan, perayaan Idul Adha pada Minggu (16/6/2024).
Juga tentu dibarengi sehari sebelumnya, melaksanakan puasa Arafah.
Baca juga: Hari Raya Idul Adha 2024 di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Berbeda dengan Pemerintah
Melansir dari WIkipedia, Pondok Modern Darussalam Gontor atau sering dikenal sebagai Pondok Modern Gontor, adalah sebuah pondok pesantren (ponpes) yang terletak di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Menurut laman resminya, pondok pesantren ini mengklaim sebagai lembaga pendidikan murni yang tidak berafiliasi kepada partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan apa pun.
Cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada tahun 1680, saat Kyai Ageng Muhammad Hasan Besari mendirikan Pondok Tegalsari di Desa Jetis Ponorogo (10 KM arah selatan Kota Ponorogo).
Pondok Tegalsari sangat termasyhur pada masanya, sehingga didatangi ribuan santri dari berbagai daerah di pelosok nusantara. Kepemimpinan Pondok Tegalsari berlangsung selama enam generasi.
Pada pertengahan abad ke-19 yaitu pada masa Kyai Hasan Khalifah, Pondok Tegalsari mulai mengalami kemunduran. Pada saat itu, dia mempunyai seorang santri kesayangan bernama R.M. Sulaiman Djamaluddin, seorang keturunan Keraton Kasepuhan Cirebon.
Kyai Hasan Khalifah kemudian menikahkan putri bungsunya Oemijatin (dikenal dengan Nyai Sulaiman) dengan R.M. Sulaiman Djamaluddin dan mereka diberi tugas mendirikan pesantren baru untuk meneruskan Pondok Tegalsari, yang di kemudian hari pesantren baru ini dikenal dengan Pondok Gontor Lama.
Berbekal 40 santri yang dibawa dari Pondok Tegalsari, Kyai R.M. Sulaiman Djamaluddin bersama istrinya mendirikan Pondok Gontor Lama di sebuah tempat yang terletak ± 3 kilometer sebelah timur Tegalsari dan 11 kilometer ke arah tenggara dari kota Ponorogo.
Pada saat itu, Gontor masih merupakan hutan dan kerap kali dijadikan persembunyian perampok, penjahat, dan penyamun. Kepemimpinan Pondok Gontor Lama berlangsung selama tiga generasi.
Kyai Santoso Anom Besari menikah dengan Rr. Sudarmi, keturunan R.M. Sosrodiningrat (Bupati Madiun). Kyai Santoso Anom wafat pada tahun 1918 di usia muda dan meninggalkan 7 anak yang masih kecil.
Kepemimpinan Pondok Gontor Lama pun akhirnya berakhir, Di kemudian hari, tiga dari tujuh putra-putri Kyai Santoso Anom Besari menghidupkan kembali Pondok Gontor Lama dengan memperbarui dan meningkatkan sistem serta kurikulumnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.