Berita Blitar

538 Kasus DBD Selama Januari-April 2024 di Kabupaten Blitar, Tujuh di Antaranya Meninggal

Menurut Christine, secara keseluruhan, jumlah kasus infeksi virus dengue (IVD) di Kabupaten Blitar tinggi di awal 2024.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa Dinkes Kota Blitar
Petugas Dinkes Kabupaten Blitar melakukan fogging untuk pemberantasan nyamuk di wilayah Kabupaten Blitar. 

SURYA.CO.ID, BLITAR - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Blitar lumayan tinggi di awal 2024 ini.

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar menyebutkan, selama Januari-April 2024 ini total terdapat 538 kasus DBD dan tujuh kasus di antaranya meninggal dunia.

"Di awal tahun ini, kasus DBD di Kabupaten Blitar lumayan tinggi. Periode Januari-April 2024 ini ada 7 orang meninggal dunia akibat DBD di Kabupaten Blitar," kata Kepala Dinkes Kabupaten Blitar, dr Christine Indrawati, Selasa (23/4/2024).

"Sebanyak 7 kasus meninggal dunia akibat DBD di Kabupaten Blitar semua anak-anak usia di bawah 10 tahun," lanjut Christine.

Jumlah kasus DBD di Kabupaten Blitar memang mengalami peningkatan sejak awal 2024.

Pada Januari 2024, terdapat 74 kasus DBD, lalu pada Februari 2024 ada 157 kasus DBD dan satu di antaranya meninggal dunia dan pada Maret 2024 ada 230 kasus DBD dan satu di antaranya meninggal dunia.

Sedang pada April 2024 tepatnya hingga 21 April 2024 sudah ada 77 kasus DBD dan lima di antaranya meninggal dunia.

"Untuk April 2024, sebenarnya jumlah kasus DBD mulai turun, tapi jumlah kasus meninggal dunia akibat DBD meningkat. Khusus April hingga tanggal 21 ada lima orang meninggal dunia akibat DBD," ujar Christine.

Menurut Christine, secara keseluruhan, jumlah kasus infeksi virus dengue (IVD) di Kabupaten Blitar tinggi di awal 2024.

Kasus IVD ini merupakan gabungan dari kasus demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrom (DSS).

Jumlah kasus IVD di Kabupaten selama Januari-April 2024 sebanyak 1.370 kasus.

"Jumlah kasus IVD itu penjumlahan semua kasus virus dengue termasuk DBD di Kabupaten Blitar," katanya.

Dari hasil evaluasi, kata Christine, penyebab tingginya kasus meninggal dunia akibat DBD, kemungkinan karena terlambat penanganan.

Keterlambatan penanganan ini karena pasien tidak segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.

"Karena, awalnya dikira sakit biasa, akhirnya proses pengobatannya terlambat," ujarnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved