Berita Malang Raya

Jumlah Kasus DBD di Kabupaten Malang Melonjak 2 Kali Lipat, 10 Orang Meninggal Dunia

Angka kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Malang cukup tinggi.

|
Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Lu'lu'ul Isnainiyah
Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD di Pendopo Panji, Kabupaten Malang, Kamis (28/3/2024). 

SURYA.CO.ID, MALANG - Angka kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Malang cukup tinggi.

Terhitung sejak awal 2024 hingga 23 Maret, sebanyak sepuluh orang meninggal dunia, dari 905 kasus DBD.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalaian Penyakit Dinas Kesehatan (Kabid P2P Dinkes) Kabupaten Malang Tri Awignami Astoeti, angka tersebut melonjak jika dibandingkan pada 2023 lalu.

"Maret 2024 angkanya sebanyak 226 kasus, jika dibandingkan Maret 2023 ada sebanyak 84 kasus. Ini meningkat dua kali lipat," kata Tri Awignami Astoeti dalam Koordinasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD di Pendopo Panji, Kabupaten Malang, Kamis (28/3/2024).

Dikatakan, tingginya kasus DBD di Kabupaten Malang yang belum menyadari betapa pentingnya penanggulangan penyakit ini.

Di mana, mereka belum aware untuk melakukan penanggulangan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

"Gerakan PSN ini belum membudaya dan masif serta berkesinambungan di masyarakat. Namun mereka malah lebih suka fogging. Padahal fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa saja," terangnya.

Maka dari itu, dikatakan Awig, perlu ada penanggulangan penyakit tersebut. Jika tidak, kasus ini bisa melonjak lebih tinggi.

Secara terpisah, Wakil Bupati Malang Didik Gatot Subroto menambahkan untuk menanggulangi tingginya kasus DBD perlu dilakukan koordinasi dengan beberapa pihak terkait.

"Untuk mengendalikan DBD kita perlu koordinasikan dengan melibatkan camat, kepala rumah sakit, puskesmas serta Dinas Kesehatan," ujar Didik usai memberi sambutan.

Dalam hal ini, Didik menekankan pihak yang turut dalam koordinasi hari ini untuk tetap mengedukasi kepada masyarakat terkait bahaya DBD.

Edukasi yang harus disampaikan, adalah cara hidup sehat dengan tidak membuang sampah sembarangan. Utamanya sampah plastik , kaleng, dan sampah yang dapat menampung air.

"Maka perilaku itu yang sebenarnya harus mulai diajarkan kepada masyarakat, mulai dari tingkat kecamatan hingga desa," jelasnya.

Kemudian, edukasi yang juga harus disampaikan adalah untuk mengenali ciri-ciri seseorang terserang penyakit DBD.

Didik menyampaikan, ketika seseorang mengalami sakit demam tinggi maka harus segera periksa ke pelayanan kesehatan.

"Tak kalah penting edukasi ke masyarakat yang terkena DBD harus waspada di 3 hari pertama, maka segera komunikasikan ke bidan desa," tukasnya. (Lu'lu'ul Isnainiyah)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved